Lihat ke Halaman Asli

Hengky Jita

Penulis yang ingin memuliakan nama Allah Tritunggal.

Asal Usul Manusia dari Tuhan Allah

Diperbarui: 1 Desember 2022   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pendahuluan

Asal usul manusia tentunya diciptakan oleh Allah Tritunggal seperti yang tertulis dalam Alkitab pada kitab Kejadian pasal 1 yaitu pada penciptaan awal bumi dan seluruh isinya. Namun demikian, peneliti sains Charles Darwin berpendapat bahwa manusia merupakan keturunan binatang setelah dia melakukan penelitian yang empiris dengan rangkaian observasi yang menghubungkan kehidupan manusia dengan binatang.

[1] Salah satu teori Darwin yang dikenal dengan istilah teori Seleksi Alam atau The Survivor of the Fittest menerangkan bahwa individu yang lebih unggul yang akan bertahan hidup.[2] Darwin berpendapat bahwa manusia berasal dari spesies binatang yang sama dengan kera yang mulai berevolusi di benua Afrika.[3] Richard Leakey sepakat dengan pendapat Darwin yang mengatakan manusia pertama kali berevolusi di Afrika, namun menyatakan pendapat Darwin tentang cara berevolusi manusia adalah keliru. Hal lain yang menarik untuk dibahas adalah tentang asal bumi tempat hunian manusia tercipta.

Ada ilmuwan yang berpendapat bahwa bumi yang manusia huni tercipta oleh suatu proses ledakan dahsyat bermilyar-milyar tahun yang lalu, hal ini biasa dikenal dengan istilah teori Ledakan Dahsyat (Big Bang)[4].

Hank Hanegraaff mengatakan bila bumi yang merupakan bagian dari alam semesta diciptakan dengan teori Ledakan Dahsyat maka hal ini memberikan suatu kredibilitas pada tulisan dalam Alkitab yang menuliskan TUHAN Allah menciptakan alam semesta mulai dari nol. Berbagai pendapat tentang teori Ledakan Dahsyat ini dikaitkan dengan penciptaan bumi dan alam semesta tetapi hal ini tidak menceritakan bagaimana teori Darwin tentang evolusi manusia dari masa purba sampai dengan masa kini. 

  

Ilmuwan menentang Teori Darwin

Selain dari kalangan agama, Darwin juga menghadapi bantahan dari sesama ilmuwan yang berkeyakinan menemukan pemikiran dan bukti-bukti terhadap kelemahan teori evolusi yang dicetuskan oleh Darwin. Rebecca Stefoff mengemukakan bahwa teori evolusi Darwin mempercayai proses transformasi yang lambat dan bertahap dari satu spesies menjadi spesies lain; Namun demikian, tidak pernah ditemukan fosil bentuk peralihan yang seharusnya ada antara spesies lama dan spesies baru.

[5] Stefoff mengatakan bahwa Darwin sangat memahami bahwa catatan fosil peralihan ini tidak lengkap dan mengharapkan kemajuan penelitian paleontogi membantu penemuan fosil-fosil baru yang akan mencatat sejarah bentuk-bentuk fosil peralihan yang dibutuhkan; Namun, hal tersebut tidak terjadi.

Bantahan lain terhadap teori Darwin adalah terkait waktu di mana Darwin menyakini semua evolusi terjadi melalui akumulasi lambat dari modifikasi-modifikasi kecil tak terlihat dan melalui proses berabad-abad lamanya.[6] Darwin sependapat dengan ahli geologi Charles Lyell yang menyatakan bahwa usia bumi sudah ratusan juta tahun; 

Bahkan, menurut hitungan Darwin pada tahun 1859, usia bumi telah mencapai 300 juta tahun sejak jaman dinosaurus.[7] Lanjut Stefoff, pada tahun 1862 seorang ahli fisika bernama Sir William Thomson yang juga dikenal dengan Lord Kelvin, mengutarakan bahwa usia bumi tidak mungkin telah disinari matahari selama waktu yang sangat lama seperti yang dikatakan Lyell dan Darwin. Menurut Lord Kelvin, dengan pendekatan ilmu fisika, perkiraannya usia bumi hanya sekitar 100 juta tahun sedang ilmuwan lain menyatakan usia bumi paling hanya 24 juta tahun saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline