Jalanan tak akan selamanya mulus. Sering kali kita harus melalui jalan yang berlubang, berbatu, maupun rusak. Untuk itu, diperlukan seat belt dalam melindungi diri saat mengendarai mobil. Begitu pula dengan kondisi perekonomian.
***
Ambruknya empat bank di Amerika Serikat baru-baru ini memantik kegelisahan besar bagi Indonesia maupun Dunia. Kolapsnya Sillicon Valley Bank dan sejumlah bank disinyalir merupakan scarring effect pandemi Covid-19.
Keputusan The Fed mengerek suku bunga acuan 9 kali dalam setahun terakhir berbuah petaka bagi sebagian besar perbankan. Bermaksud mengendalikan inflasi, keputusan tersebut justru memberi 'efek domino' penurunan nilai aset bank.
Tak cukup sampai disitu, sebuah studi dari USA Today menyiratkan adanya kerentanan pada sistem perbankan di Amerika Serikat. Masih terdapat 186 bank lain yang memiliki risiko gulung tikar. Kejadian ini bagaikan deja vu yang mengingatkan masa-masa kelam krisis moneter 1998 di Indonesia.
Bank Run 1998
Tak akan pernah lekang dari ingatan ketidakstabilan ekonomi yang menghinggapi Indonesia pada medio 1998 silam. Kekhawatiran masyarakat terhadap stabilitas sistem perbankan memicu aksi menarik simpanan secara massal dari perbankan.
Proses penarikan secara bersama-sama ini dikenal dengan istilah 'bank run'. Bank run ditenggarai menjadi akar permasalahan perbankan mengalami kekurangan likuiditas yang signifikan, hingga memperburuk krisis keuangan yang telah terjadi.
Pemerintah Indonesia dengan dukungan dari International Monetary Fund (IMF) mengambil berbagai langkah untuk menangani krisis tersebut, salah satunya dengan meluncurkan program restrukturisasi perbankan. Biaya pemulihan pascakrisis 1998 memberikan kerugian yang sangat besar sekaligus trauma yang mendalam.
Pengalaman adalah guru terbaik. Berkaca dari tragedi masa lalu dan tumbangnya keempat bank di Amerika Serikat, terdapat hikmah yang dapat dipetik. Sebuah pemahaman bahwa perbankan kecil memang terlihat memiliki pengaruh yang terbatas, namun tetap memiliki potensi risiko sistemik yang signifikan terhadap stabilitas sistem keuangan.
Sejatinya, bangkrutnya keempat bank di Amerika Serikat tidak akan memberikan imbas secara langsung terhadap perekonomian Indonesia. Namun, Bank Indonesia sebagai pengatur kebijakan moneter harus tetap siaga menyikapi gejolak ini.