Lihat ke Halaman Asli

Hendy Kusmarian

pemandu medan perang bisnis

Cara Manfaatkan Mentalitas Kawanan dalam Bisnis

Diperbarui: 1 Maret 2021   07:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Manusia, seperti ternak, cenderung bergerak dalam kawanan atau kelompok. Dalam aksi dan opini, kita adalah pengikut alami. Kita suka bertindak dan berpikir mengikuti kelompok. Orang-orang lain akan mengikuti kawanan ini jika mereka tahu ini ada.

Dalam bisnis, kawanan Anda adalah basis pelanggan Anda yang bahagia. Kenali dan lalu dengan jelas tentukan kawanan Anda untuk memengaruhi para anggota kawanan mendatang. Pikirkan kesaksian (testimoni), studi kasus, kisah sukses

Kumpulkan informasi tentang kawanan Anda secara agresif dan tampilkan informasi ini untuk dilihat semua orang. Jika Anda tidak memiliki kawanan, Anda perlu membuatnya. Buat klien senang. Bertemanlah dalam media sosial, grup-grup diskusi dan ruang-ruang obrolan. Dengan menciptakan layanan yang unik dan luar biasa yang melebihi harapan dan, dalam segala hal, membuat pelanggan Anda kagum, Anda akan segera menghasilkan kawanan yang layak dibanggakan.

Melihat sejarah abad kedua puluh saja, ada banyak contoh pengambilan keputusan kelompok, yang baik maupun menghancurkan. Pada tahun 1930-an, naluri kawanan dalam perilaku keuangan pribadi menjerumuskan suatu bangsa ke dalam Depresi Besar. Selama generasi yang sama itu, kawanan lain mengikuti Hitler saat dia menabur benih untuk Perang Dunia II.

bahkan Era Nazi memberikan studi kasus penting tentang cara kerja perilaku kawanan. Banyak orang menghubungkan kekejaman Reich Ketiga dengan karisma pribadi Hitler. Namun, di setiap rumah warga, kekuasaan Hitler jauh kurang berarti daripada ketakutan orang-orang atas apa yang dipikirkan oleh para kawan dan tetangga mereka.

Diwawancarai bertahun-tahun kemudian, para warga Jerman ditanyai mengapa mereka menyerahkan para tetangga mereka yang membangkang kepada pihak berwenang. Sebabnya bukan karena mereka mencintai Hitler, kata mereka. Melainkan, ketakutan dilihat sebagai orang di luar kelompok.

Keberadaan pikiran-kelompok bahkan telah dibuktikan secara ilmiah. Pada tahun 1935, psikolog Mazafer Sherif membawa sekelompok orang ke dalam sebuah ruangan gelap dan meminta mereka untuk melihat ke suatu titik cahaya kecil di kejauhan.

Kelompok ini menjadi subjek uji dalam kajian suatu fenomena yang disebut "Efek Autokinetik". Anda dapat menguji efek ini sendiri. Lihatlah suatu titik cahaya tak bergerak dalam sebuah ruangan gelap dan cahaya itu mungkin tampak goyah kadang-kadang. (Agar betul-betul seru, cobalah ini di sebuah pesta dan lihat bagaimana orang-orang bereaksi relatif terhadap orang-orang di sekitar mereka.)

Dalam eksperimen Sherif, para subjek uji ditanya, pertama secara individu dan kemudian sebagai kelompok, apakah cahaya itu bergerak atau diam. Sebagai individu, opini terbagi hampir sama: sekitar setengah mengatakan mereka melihat gerakan.

Namun, begitu mereka disatukan sebagai satu kelompok, individualitas mereka mulai lenyap. Jawaban yang diberikan oleh sebagian besar subjek sangat bergantung pada pendapat kelompok secara keseluruhan. Orang-orang cenderung setuju dengan mayoritas pemenang, meskipun mereka harus menarik kembali jawaban pertama mereka.

Kemudian, ketika ditanya untuk kali ketiga dan terakhir sebagai individu, para subjek itu cenderung berpegang pada pendapat kelompok mereka dibandingkan pandangan pribadi mereka sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline