Tidak dapat dipungkiri bahwa wanita memiliki peranan penting dalam membangun generasi bangsa. Tidak bisa terbayangkan jikalau dalam suatu wilayah tidak ada wanita, maka kehidupan tidak akan seimbang. Contoh kecilnya dalam sebuah rumah tangga seorang ibu bisa menjadi ayah, sedangkan ayah tidak bisa menjadi ibu.
Tanpa wanita suatu bangsa atau negara akan hancur, dikarenakan wanita dapat melahirkan generasi penerus bangsa. Wanita adalah lahan, baik buruknya lahan tersebut akan menentukan kemakmuran disekitarnya, sehingga nasip generasi penerus bangsa ada di tangannya para wanita. Ini bukan hanya suatu opini tetapi benar adanya.
Pernahkah mendengar kisahnya nabi Ibrahim AS yang memiliki ayah bernama Azar dan ibu bernama Amilah? Ayahnya adalah seorang pembuat patung berhala yang kemudian disembah, sedangkan ibunya adalah seorang yang baik dan masih teguh memegang ajaran nabi Allah Adam AS.
Dengan ayah yang sesat dan ibu yang baik melahirkan anak yang sholih/baik yaitu nabi Ibrahim AS. Dibandingkan dengan kisahnya nabi Nuh AS yang memiliki seorang istri yang durhaka dan menentang suaminya, maka melahirkan seorang anak yang durhaka juga bernama Kan'an.
Diceritakan dalam Al Qur'an kisah nabi Nuh AS yang ketika banjir bandang menerjang kaumnya dan nabi Nuh berada di atas bahtera yang dibuatnya bersama orang yang beriman kepadanya. Ketika bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung-gunung, ketika itu ada anaknya Kan'an yang berusaha naik ke puncak gunung.
Seketika nabi Nuh AS menyeru anaknya " Wahai anakku, naiklah ke bahtera bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir" kemudian Kan'an menjawab ayahnya dengan ungkapan "aku akan berlindung ke gunung yang dapat menyelamatkanku dari air" dan akhirnya Kan'an yang keras kepala tenggelang bersama gunung tersebut. Inilah salah satu bukti bahwa peranan ibu atau wanita dalam mendidik anak-anak sangat besar.
Kampung Sabron Sari salah satu kampung yang memperlihatkan peranan ibu-ibu dalam membangun generasi muda, sehingga muncul generasi yang memiliki semangat tinggi dalam berdedikasi. Penulis akui bahwa anak bangsa yang ada di tanah kampung Sabron Sari penuh dengan dinamika konflik internal yang bisasaja membuatnya putus sekolah atau mengaji.
Tetapi yang penulis kagumi, ditengah realita dan keberagaman tetapi mereka tetap semangat dalam menempuh pendidikan. Ini tidak lepas dari peranan ibu-ibu mereka. Ibu-ibu di kampung Sabron Sari termasuk ibu-ibu yang excellent. Ditengah kurangnya penanaman agama, tetapi mereka tetap berusaha membuat majelis agama yang dinamakan majelis ta'lim perempuan.
Majelis ta'lim perempuan adalah majelis ta'lim yang sudah ada secara turun temurun di kampung Sabron Sari. Majelis ini adalah peninggalan dari nenek moyang mereka dari tahun ke tahun, begitulah yang disampaikan oleh ketua majelis ta'lim perempuan.
Majelis ta'lim perempuan di kampung Sabron Sari awalnya hanya satu majelis yang menyatukan kampung Sabron Sari bagian pegunungan dengan yang di Kertosari. Akan tetapi seiring dengan perkembangannya zaman majelis ini terpecah menjadi dua majelis yaitu majelis atas yang dinamakan majelis Akhlakul Karimah dan majelis bawah yaitu majelis al Ma'arif.