Lihat ke Halaman Asli

HENDY RIFKISAPUTRA

Mahasiswa - Menebar Manfaat

Childfree: Dalam Budaya Indonesia

Diperbarui: 1 Maret 2023   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Suryanto (2021), Childfree merupakan suatu kebebasan yang sifatnya personal, dan kesepakatan antar pasangan sebagai sebuah keluarga. Kenapa ya childfree masih menjadi hal tabu di indonesia? 

Di Indonesia sendiri, childfree mulai ramai diperbincangkan setelah seorang influencer mengumumkan bahwa ia dan pasangan memutuskan untuk tidak memiliki anak, hal ini dianggap cukup mengejutkan masyarakat Indonesia sehingga menuai pro dan kontra.

Berbeda dengan masyarakat di luar negeri yang lebih menghormati hak privat dan otonomi individu. Sehingga jika terjadi hal-hal baru yang tidak sesuai dengan kelompok disekitarnya akan mendapatkan stigma. Dalam hal ini, pada umumnya di Indonesia pasangan menikah akan memiliki anak dan membesarkannya, anak merupakan salah satu hal yang dinantikan dan dinilai sebagai suatu proses yang harus dilewati pasangan.

Persepsi masyarakat terkait pentingnya memiliki anak dalam keluarga menjadi salah satu tantangan sendiri bagi para pasangan yang ingin memutuskan tidak memiliki anak secara sukarela. Sebab dengan begitu, pasangan yang memutuskan untuk childfree kemungkinan besar masih distigmatisasi oleh masyarakat.

Dalam penelitiannya, (Gillespie, 2003 dalam Basten, 2009) mengungkap dua alasan mengapa seseorang memutuskan untuk tidak memiliki anak secara sukarela.

Pertama, ditandai dengan meningkatnya kebebasan serta meningkatnya hubungan interpersonal dengan pasangan dan orang lain.

Kedua, adanya dorongan atau keinginan untuk menolak menjadi ibu, pilihan untuk tidak hamil dan melahirkan seorang anak untuk kemudian terbebas dari peran sebagai seorang ibu.

Pilihan untuk memiliki anak maupun childfree merupakan suatu kehendak yang bebas dipilih oleh seseorang. Kita sebagai orang luar tidak ada hak untuk menghakimi apalagi mendiskriminasi pilihan tersebut. Perlunya rasa toleransi karena hal tersebut merupakan kebebasan manusia untuk menentukan pilihan hidupnya, selama keputusan tersebut tidak merugikan lain pihak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline