Hari ini saya sakit. Ada pembengkakan di pipi kiri saya yang mengakibatkan infeksi sehingga badan menjadi nyeri. Awalnya saya abai. Namun nyeri di pipi berlanjut kepada nyeri di seluruh badan. Akhirnya, saya berpikir berobat.
Mulanya, saya galau untuk berobat. Pengalaman terakhir saya berobat menghabiskan biaya tidak sedikit. Akhirnya berpikir, “Kenapa saya tidak mencoba berobat di puskesmas.” Katanya, berobat di puskesmas murah. Katanya.
Saya pun mendatangi puskesmas di Bendungan Hilir. Cukup ramai. Saya pun mendaftarkan diri. Dengan bermodalkan sebuah KTP, seorang Ibu membantu saya mendaftar.
“Mas, minta alamatnya!”
Saya sebutkan.
“Mas, dua ribu rupiah”
Saya serahkan.
Setelah itu, saya menunggu di kursi tunggu. Kurang dari sepuluh menit, saya bertemu dokter. Setelah berkonsultasi dan mendapat pemeriksaan secukupnya, saya mendapat lembaran resep. Setelah itu, saya mendapat rekomendasi penanganan infeksi yang saya derita. Dokter mengarahkan saya menuju loket di samping loket pendaftaran untuk menyerahkan resep.
Setelah menunggu, saya mendapat bermacam-macam obat beserta cara pemakaiannya. Tak disangka, lembaran dua ribu rupiah saya merupakan satu-satunya lembaran yang saya serahkan selama mendapat pengobatan.
Sambil menunggu obat, saya bercakap dengan seorang Ibu. Ibu ini datang hanya untuk meminta dokter menasehati anaknya agar hidup sehat. “Kalau dokter yang ngomong dia baru mau dengar,” ujarnya sembari menunggu vitamin untuk anaknya.
Asyiknya biaya kesehatan murah. Sakit tidak menjadi momok untuk kalangan menengah ke bawah. Tidak ada alasan lagi untuk berobat jika biaya kesehatan murah. Tentu saja hal ini membantu mencegah penyakit ringan menjadi berat. Selain itu, biaya kesehatan murah malah membantu masyarakat mengkonsultasikan gaya hidup sehat. Asyiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H