[caption id="attachment_318308" align="aligncenter" width="400" caption="Admin/Ilustrasi(Shutterstock)"][/caption] "Manis kali bah": merupakan kalimat ekspresi orang Medan kepada sesuatu yang dianggap menarik dan unik. Unik dalam hal ini ialah memiliki misteri dan bersifat implisit. Maka dari itu, ekspresi ini pula yang ingin saya sematkan kepada buku SBY yang berjudul "Selalu Ada Pilihan". Pada tulisan kali ini, saya bukan ingin mengkritisi konten buku atau menyikapi pro-kontra momentum launching buku yang barangkali kurang sesuai dengan situasi bangsa yang sedang dirudung bencana. Namun ada yang menarik dari buku presiden Republik Indonesia ke-6 ini, yaitu, bahwa peluncuran buku SBY ternyata menggenapi budaya dan tradisi Presiden R.I. yaitu 'mampu' menulis buku dengan tulisan mereka sendiri. Buku-buku tentang biografi Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati dan SBY, banyak beredar di pasaran. Namun rata-rata buku memoar tersebut banyak ditulis oleh tangan-tangan penulis profesional, orang terdekat dari tokoh ataupun wartawan. Tetapi tidak banyak buku yang ditulis langsung oleh presiden-presiden R.I. Paling tidak meskipun tidak banyak, semua presiden R.I. pernah menulis buku dari pena mereka.
Presiden I. Soekarno menulis buku yang berjudul "Di Bawah Bendera Revolusi"
doc.
Presiden II. Soeharto menulis buku yang berjudul "Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya"
sumber gambar: kumembaca.blogspot.com
Presiden III. B.J. Habibie menulis buku yang berjudul "Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pembangunan Bangsa"
doc.
Presiden IV. Abdurrahman Wahid menulis buku yang berjudul "Sekadar Mendahului"