Sistem penanggalan yang dipakai oleh penduduk dunia dewasa ini, pada dasarnya telah mengalami banyak modifikasi dan perubahan. Setidaknya kita sudah mengetahui bahwa sistem penanggalan yang kita pakai sekarang adalah sistem penanggalan Gregorian. Nama sistem penanggalan ini sendiri diambil dari nama seorang Paus Gregorius XIII, yang disepakati melalui keputusan/dekrit pada 24 Februari 1582. Namun sebelum memakai sistem penanggalan Gregorian, Julius Cesar di tahun 45 telah membuat sistem penanggalan yang dikenal dengan sistem penanggalan Julian. Artinya penduduk dunia pernah memakai sistem penanggalan Julian dari tahun 45 sampai 1582. Walaupun beberapa negara yang ada di kawasan Afrika Utara masih menggunakan sistem penaggalan Julian sampai sekarang. Perbedaan antara sistem kalender Julian dan Gregorian terletak pada konteks kekabisatan pada bulan Februari. Sistem penanggalan Gregorian menetapkan tahun kabisat mesti bisa dibagi 400 atau 4. Itu mengapa bulan Februari pada tahun-tahun tertentu (kabisat) akan mengalami penambahan hari. Namun yang perlu dicermati dalam hal ini, baik pada penanggalan Gregorian dan Julian, menempatkan bulan Februari sebagai 'korban'. Sistem penanggalan yang sering kita lihat, bahwa Februari adalah bulan yang paling mendapatkan sedikit 'jatah' hari. Jika kita mengamati sistem penanggalan, paling tidak bulan Februari memiliki 29 Hari, itupun sesekali. Selebihnya bulan Februari hanya mendapat 'jatah' 28 hari. Sementara kalau kita lihat bulan-bulan lainnya, mendapat 'jatah' 30 atau 31. Lantas mengapa harus bulan Februari yang menjadi 'korban'? Kenapa tidak bulan lainnya. Salahkah bulan Februari jika dia menuntut atau cemburu dengan bulan lainnya? Menelisik beberapa referensi, banyak anasir-anasir yang memberitahu mengapa Februari menjadi 'korban'. Anasir pertama, bahwa sistem penaggalan dahulunya (sebelum August Caesar berkuasa) ternyata Februari mendapat 'jatah' 30 hari. Hanya saja Caesar August mengubahnya dan mengambil 1 hari dari bulan Februari kemudian menyisipkannya di bulan Agustus. Itu mengapa Agustus mendapat 'jatah' 31 hari. Analisis lainnya mengapa Februari mendapat 'jatah' hari sedikit, itu karena sistem penanggalan dulunya, menempatkan bulan Februari menjadi bulan terakhir dalam siklus tahunan dengan bulan Maret sebagai bulan perdana. sela Pada dasarnya munculnya tahun kabisat dimulai dari sistem penanggalan Julian. Julia Caesar mengamati bahwa sistem penanggalan yang dipakai awalnya mengacu pada satu tahun 365 hari. Namun karena ada ususl ahli astronomi di zamannya yang menyarankan untuk membuat tahun kabisat, akhirnya dibuatlah tahun kabisat setiap 4 tahu sekali. Ini berdasrkan perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi) hingga kembali pada tempatnya berlangsung selama 365,25 hari. sehingga jika dibuat satu tahun 365 hari, itu artinya masih ada ¼ hari lagi bersisa. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan waktu ke depannya, ditetapkanlah setiap 4 tahun sekali, ditambahkan 1 hari i bulan februari. Pada penanggalan Julian ternyata bulan Februari awalnya mendapat jatah 29 hari di tahun biasa dan 30 hari di tahun kabisat. Namun ketika tahta Julia Caesar diganti oleh August Caesar, bulan Hexelius diganti dengan nama bulan August/Agustus sebagai penghormatan kepada Caesar August. Selain itu ternyata Caesar August juga mengambil satu hari dari bulan Februari dan disisipkan ke bulan Agustus, sehingga jadilah bulan Agustus memiliki 'jatah' 31 hari. Ternyata selain orang yang bertanggung jawab atas kematian Yesus, Caesar August juga menggunakan kediktatorannya mengambil 'jatah' hari di bulan Februari untuk disisipkan di bulan Agustus, bulannya sendiri. Barangkali ini merupakan tulisan untuk mengawali hari-hari kita di tahun 2013. Semoga di tahun 2013, apa yang menjadi resolusi kita bisa terealisasi. UOUS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H