Lihat ke Halaman Asli

'Backstreet': Bentuk Kekerasan Perasaan dalam Berpacaran

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1340461264642058200

Hanya bersifat Status Quo dalam berpacaran dapat dilihat dari kasus sepasang insan yang berpacaran 'Backstreet'. Bentuk berpacaran seperti ini, sama halnya seperti pacaran tidak pacaran. Dan menurut hemat saya, 'Backstreet' merupakan salah satu bentuk kekerasan dalam berpacaran -kekerasan perasaan. Suatu ketika, teman saya pernah menceritakan pengalamannya berpacaran 'Backstreet'. Latar belakang mengapa mereka berpacaran 'Backstreet' karena perbedaan status dan ketidaksetujuan keluarga kepada teman saya. Pacarnya adalah seorang wanita yang sudah lulus dan sudah diterima sebagai salah seorang Pegawai Abdi Negara. Sedangkan teman saya ini masih berstatus mahasiswa. Mereka sudah berpacaran selama 3 tahun sejak mereka sama-sama kuliah. Hanya saja setelah pacarnya lulus dan diterima menjadi PNS, keluarganya membatasi hubungan wanita tersebut dengan teman saya. Sehingga ketika pacarnya sudah menjadi PNS, mereka mengubah sistem pacaran mereka menjadi pacaran 'Backstreet' agar mereka tetap bisa menjalin komunikasi karena alasan keluarga yang kurang mendukung hubungan mereka. Beroacaran jenis ini seyogianya sangat menyiksa. Sesakitnya kekerasan fisik, lebih sakitlah kekerasan perasaan. Dalam kurun setahun terakhir, mereka melakukan komunikasi denga sembunyi-sembunyi, padahal mereka adalah sepasang insan yang sedang pacaran. Ketidakdukungan keluarga si wanita memang sangat membuat persaan mereka menjadi galau. Dan kegalauan ini merupakan salah satu bentuk kekerasan dalam berpacaran. Pada perjalanannya, beberapa bulan hubungan seperti ini berlangsung dengan pemakluman dan saling mengerti. Namun beberapa lama berselang, mereka sampai pada titik jenuh. Hingga akhirnya mereka siap untuk saling melepas. Dan akhirnya mereka pun putus. Pacaran 'backstreet' memang sangat menyakitkan. Kita memiliki pacar, tetapi seperti tidak ada dalam kehidupan kita. Apalah artinya sebuah status jika proses berpacaran tidak berlangsung sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, mari kita meminimalisir dan menghindari pacaran 'backstreet' lebih awal ketimbang kita akan menderita perasaan yang rumit. Karena perasaan sangatlah sensitiv dan bisa memberi sugesti negatif bagi aktivitas sehari-hari kita. Dan pada akhirnya teman saya dan pacarnya sama-sama bisa saling mengerti meskipun pasca putus, selama 1 bulan teman saya sempat patah arang. Namun sekarang dia sudah kembali lagi memiliki gairah untuk beraktivitas. Dan sebentar lagi, dia akan diwisuda dan segera bekerja, sementara wanita yang pernah menjadi pacarnya tersebut sudah menikah dengan lelaki lain. Barangkali jodoh tidak kemana, hanya saja yang penting adalah bagaimana kita bisa menyadari dan mengatisipasi sejak awal bahwa pacaran hakikatnya adalah menciptakan kenyamanan dan kasih sayang. Jika pacaran saja tidak ada lagi rasa sayang dalam bentuk komunikasi, lebih baik diakhiri sejak awal agar deritanya tidak menjadi bentuk kekerasan perasaan. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi saudara-saudara. Nama dan yang lainnya yang berkaitan dengan personal, sengaja tidak saya gamblangkan agar menghindari subjektivitas. Sekali saya ucapkan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline