Lihat ke Halaman Asli

Seikat Sapu Lidi dan Seekor Tikus Got

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEIIKAT SAPU LIDI DAN SEEKOR TIKUS GOT

Sapu lidi merupakan alat yang biasa orang – orang pakai untuk membersikan sesuatu agar terlihat lebih bersih. Kebanyakan masyarakat menyapu halaman menggunakan sapu lidi agar ranting – ranting dan dedaunan yang jatuh, bisa di bersihkan lalu dibakar. Untuk menyapu halaman agar bersih menggunakan banyak lidi yang diikat dengan tali atau pengikat yang kuat agar lidi – lidi tidak berantakan sehingga bisa menyapu halaman. Lidi – lidi yang disatukan harus saling menopang karena tidak semua masing – masing lidi memiliki kekuatan – kekuatan yang berbeda. Ada lidi yang tipis dan ada lidi yang kuat. Dan ketika disatukan dengan pengkat yang kuat maka lidi yang lemah tadi akan ditopang dengan lidi yang kuat dan persatuan lidi menjadi sapu lidi akan membuat sapu lidi bisa menyapu kotoran – kotoran di halaman rumah.
Di halaman rumah selain reranting dan dedaunan yang jatuh, sesekali seekor tikus memput di balik pohon mangga yang besar dan tua. Setiap malam selalu mengernyikkan suaranya seolah ingin mencari mangsa. Hewan mamalia ini memang memiliki tubuh yang lincah sehingga sulit untuk menangkapnya tanpa alat penagkap. Bahkan untuk membersihkannya dibutuhkan usaha yang baik agar dia mau pergi dari halaman rumah. Binatang yang memiliki kumis panjang ini juga digolongkan ke dalam hewan yang cepat berkembang biak dan bereproduksi. Sepasang tikus bisa melahirkan sekitar 2000 ekor setiap tahunnya, sehingga secara filosifis tikus menjadi hewan yang digolongkan ke dalam hama. Tikus memang hewan menjijikkan disamping sering mencuri makanan – makanan yang disimpan di dalam lemari. Ada saja cara tikus untuk menggrogoti lemari makanan untuk bisa mengambil sesuatu untuk mempertahankan hidup.
Kebanyakan keluarga di lingkungan rumah kami dikategorikan menengah ke bawah sehingga untuk menyimpan makanan jarang menggunakan lemari es untuk mencegah binatang – binatang menjengkelkan seperti tikus tidak bisa mengambil simpanan makanan. Tetapi andai saja tikus tidak memiliki sifat seperti hakikatnya tikus, itu berarti tidak ada masalah jika masyarakat menyimpan makanan di lemari.

Menyapu halaman rumah dari tikus – tikus sering kami upayakan tetapi karena tikus sangat lihai untuk menghindar sehingga sering makanan yang ada di lemari dimakan oleh tikus sehingga persediaan makanan kami habis terkadang kami melewatkan 1 kali kesempatan makan menjadi dua kali sehari makan sesuai yang dianjurkan dari dinas kesehatan untuk makan tiga kali sehari. Tetapi karena kami tidak bisa menangkap tikus – tikus tersebut, terpaksa kami selalu melepaskan satu jatah makan dalam satu hari. Inilah yang membuat kami wajar – wajar saja mengalami gizi buruk, dan keturunan kami tidak bisa berpikir maju dan tidak banyak yang bisa berprestasi karena jatah makanan kami sering diambil dan dicuri oleh mereka. Sebenarnya kami memiliki alat pengusir yang ampuh yang pernah kami gunakan dulu untuk mengusir tikus – tikus dari halaman rumah kami. Namun alat tersebut kini tidak lagi diikat dengan tali yang kuat. Dahulu kami memiliki sapu lidi yang bisa dengan cepat mengusir tikus – tikus selain dedaunan dan reranting yang gugur di halaman. Dahulu kami memiliki sapu lidi yang kuat dan memiliki banyak batang lidi yang diikuat kuat menjadi sapu lidi. Sehingga apa saja yang mengganggu seperti tikus bisa diusir dan kami merasa aman dan bisa makan dengan teratur. Tidak banyak yang mengalami penyakit kurang gizi. Alhasil keturunan kami bisa berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang diharapkan.
Tetapi kami harus sadar bahwa sekarang bukan yang dulu, hari ini bukan kemarin. Ada hal yang mesti kami perbaiki. Batang – batang lidi harus segera disatukan dan diikat dengan tali yang kuat agar lidi – lidi tidak berantakan. Sapu lidi harus segera diperbaiki lagi agar lidi yang lemah ditopang lidi yang kuat. Kami sebenarnya ingin memperbaiki sapu lidi kami menjadi kuat dan kokoh, tetapi kami juga butuh pemegang sapu yang tangguh agar bisa mengusir tikus – tikus karena kami sendiri belum memiliki strategi mengusir tikus dengansapu lidi. Untuk itu kami juga harus mencari orang yang memiliki kemampuan itu. Sehingga permasalahan tikus – tikus yang hadir di lingkungan kami menjadi polemik yang berlempanjangan.

Hingga sekarang kami masih pada upaya memperbaiki sapu lidi yang masih belum rampung. Untuk siapa yang bisa memegang sapu lidi untuk mengusir tikus – tikus kami belum menemukannya juga. Dan inilah yang menjadi permasalahan masyarakat di lingkungan kami.
Kami butuh sapu lidi yang kuat dan pemegang sapu lidi yang tangguh agar tikus – tikus pergi dan kami bisa memakan makanan kami yang mnejadi hak masyarakat bukan hak para tikus.
Tikus adalah tikus dan manusia bukan bagian dari tikus.

Layaknya sapu lidi yang berantakan dan tidak diikat dengan tali yang kuat, begitu juga dengan negara ini yang masih caruk maruk lantaran tidak persatuan yang diikat dengan tali yang kuat. Kita memiliki tali sebagai pengikat tetapi seolah – olah kita tidak diikat dengan tali tersebut. Negara kita sekarang sering ditebar ancaman dari dalam maupun dari luar. Bentuk inklusif tanpa diikat persatuan yang kokok menjadikan bangsa kita terpecah belah dan berserakan di rumah sendiri di lautan nan luas dan kaya. Caplok – mencaplo negara lain mulai dari kebudayaan, karya seni sampai pada bukti – bukti sejarah menggambarkan bahwa kita tidak lagi diikat dengan persatuan sehingga kita tidak bisa mengusir ancaman seperti ini.
Dan sekarang ini ancaman yang semakin mengganas dan belum bisa dihilangkan dan telah menjamur di semua lapisan masyarakat adalah korupsi. Yang lebih membahayakan adalah pemahaman kita tentang ancaman ini sendiri masih minim sehingga banyak masyarakat yang masih belum bisa menyadari bahwa ini merupakan ancaman. Masyarakat kebanyakan masih belum mengetahui apa itu korupsi. Ini tentu sebuah joke karena setiap orang pasti pernah melihat, membicrangkan atau menggunjing para koruptor, tetapi ketika ditanya tentang apa itu korupsi barangkali tidak banyak yang bisa menjelaskan baik secara harfiah ataupun implikasinya. Dan inilah realitanya! Bentuk kegaitan korupsi yang transaksional terjadi dimana – mana dan sangat merugikan bangsa tetapi kita tidak tahu bahwa bangsa sedang diserang dengan ancaman ini. Pelaku korupsi adalah ibarat tikus – tikus yang masih belum bisa diusir karena kesadaran untuk menggabungkan batang – batang lidi yang diikat dengan pengikat yang sudah ada yaitu Pilar – pilar kebangsaan yang diterjamahkan dalam konstitusi khususnya undang – undang tentang tindak pidana korupsi belum ada. kita masih saja berkutat pada alternatif – alternatif yang sangat bias padahal kita seudah memiliki konsep resolusi yang filosofi tetapi untuk mencobah ke arah sana kita masih belum mau. Tikus – tikus itu akan selalu memakan makanan kita jika tidak segera mengusirnya. Korupsi akan terus merajalela jika kita tidak merapatkan barisan. Bagaimana permasalahan ini menjadi kelar dan setiap masyarakat bisa mendapatkan kehidupan yang layak menjadi permasalahan yang sangat serius dan harus disikapi secara represif.
Jika dalam buku panduan tentang korupsi yang diterbitkan KPK (komisi Pemberantasan Korupsi) menggambarkan korupsi itu adala musuh dan setiap orang harus melawan musuh, sedangkan dalam tulisan ini korupsi adalah pekerjaan tikus – tikus yang merupakan hama bagi bangsa.

Sudah banyak Ide – ide ataupun gagasan konkret yang beberapa kali coba dilakukan untuk memerangi korupsi, mulai dari membbentuk lembaga independen KPK, membentuk tim – tim khusus mengkaji dan memantau tindak korupsi yang dilakukan pemerintah sampai membuat UU Tipikor (tindak Pidana Korupsi) yang semuanya itu belum menjadi oase di tenga gurun. Kurang maksimalnya fungsi dari atribu – atribut tersebut disebabkan banyak faktor yang masih belum mendukung. Masyarakat masih belum membentuk sapu lidi yang kokoh dan diikat dengan tali yang kuat serta memiliki penyapu yang tangguh yang bisa menyapu dengan sapu lidi tersebut.
Korupsi adalah penyakit yang disebabkan virion – virion berbahaya dan oleh karena itu dibutuhkan dukungan penuh dari segenap tataran masyarakat untuk menyapu korupsi dari negara ini. Korupsi sudah menjadi karakter bahkan budaya bangsa sehingga kita memiliki rangking tinggi dalam kategori negara terkorup di dunia.

Agar menghancurkan tembok – tembok budaya korupsi, maka mulai dari kita pribadi harus mengkampanyekan bahwa korupsi adalah ancaman bersama yang akan membawa penderitaan secara kolektif. Korupsi seperti virus yang menginfeksi inangnya perlahan – lahan seperti korupsi yang menjangkit negara kita dan akan menyengsarakan kita perlahan sehingga bangsa kita akan terkena penyakit yang berbahaya.
Mari kita bentuk sapu lidi yang diinterpretasikan sebagai masyarakat, diikat dengan ideolagi bangsa serta pilar – pilarnya yang kokoh dan menciptakan pemimpin yang bisa memegang sapu lidi yang kuat agar bisa menyapu tikus – tikus yang selalu menebar virus korupsi.

sumber lain : http://abadiorkes.blogspot.com/2011/11/seiikat-sapu-lidi-dan-seekor-tikus-got.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline