Lihat ke Halaman Asli

Hendry Deen

Laki Laki

Menumbai, Tradisi Masyarakat Melayu Petalangan

Diperbarui: 16 Agustus 2018   02:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(majestyoftrees.com)

Tradisi memang tidak akan bisa dipisahkan dari suatu kaum dalam masyarakat. Sebab tradisi akan terus diajarkan dan diberikan secara turun temurun kepada generasi ke generasi yang membuat tradisi tersebut tidak akan hilang telan bumi.

Tradisi tak menjadi abu karena terbakar, tak akan hanyut dibawa ombak, dan tak akan lapuk karena hujan. Tradisi akan terus dijaga dan dipelihara untuk tetap mempertahankan kemurnian dan juga keaslian dari tradisi tersebut. Tapi apakah masih banyak yang peduli tentang ada budaya dan tradisi itu?

Salah satu tradisi yang sampai saat ini masih dipertahankan oleh masyarakat, khususnya masyarakat Melayu Petalangan ialah "menumbai". ini merupakan salah satu tradisi yang terus dijaga oleh para leluhur, tokoh adat, ninek mama, dan diwariskan secara turun temurun.

Menumbai ialah salah satu proses dalam tradisi masyarakat melayu petalangan untuk melakukan suatu ritual pengambilan madu lebah yang ada di suatu pohon besar atau yang disebut oleh masyarakat melayu petalangan ialah "umpun sialang" (Pohon Sialang).

Pohon ini tumbuh di dalam hutan atau yang disebut oleh masyarakat ialah "kepuan sialang" atau hutan lindung yang terus dijaga oleh masyarakat agar tetap terjaga keaslian dari hutan tersebut. Pohon Sialang dapat tumbuh hingga 50-100 meter tingginya dengan diameter batang 10-15 meter. 

Sialang biasanya merukan salah satu pohon besar yang hidup dalam suatu hutan lindung atau kepungan sialang. Pada pohon sialang itu sendiri terdapat cabang dan dahan yang begitu banyak yang merupakan tempat dari lebah itu bersarang. Pada satu pohon sialang biasanya akan terdapat puluhan sarang lebah yang siap untuk diambil madunya.

Menumbai tidak dapat dilakukan pada setiap hari atau juga dilakukan pada siang hari, tetapi masyarakat melayu petalangan melakukan menumbai pada waktu-waktu yang ditidak bisa ditetapkan tergantung kondisi bulan pada malam hari.

Menumbai dilakukan pada malam hari tanpa pencahayaan yang baik dan dilakukan secara beramai-ramai karena tradisi menumbai tidak bisa dilakukan hanya beberapa orang saja. Harus ada kesepakan dari seluruh masyarakat ada di kampung tersebut baru bisa dilakukan tradisi menumbai.

Sebelum melakukan menumbai, masyarakat harus banyak melakukan serangkaian kegiatan untuk mempersiapakan tradisi tersebut karena alat-alat yang digunakan dalam tradisi ini begitu banyak seperti:

 - Semangkat. Ini merupakan kayu yang telah disabung menjadi satu untuk dijadikan tangga untuk naik atas pohon sialang tersebut.
- Tunam. Ini merupakan kulit kayu yang telah dikeringkan yang nantinya akan dibakar pada bagian ujungnya untuk dijadikan pengasapan pada saat akan mengusir induk lebah pada sarangnya.

Untuk melakukan pemanjatan pohon sialang tidak semua orang diperbolehkan naik untuk mengambil madu pada sarang lebah. Hanya beberapa orang saja yang bisa naik atau yang sering dikenal sebagai "Juagan Tuo" dan "Juagan Mudo". Kedua orang inilah yang hanya bisa memanjat dan naik kepohon sialang tersebut karena sebelum naik ada mantra-mantra atau nyanyian-nyanyian yang dilakukan oleh para juagan dan dilakukan pada setiap anak tangga yang ada di semangkat tersebut salah satu nyayian tersebut ialah:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline