Lihat ke Halaman Asli

Hendro SW

Seorang tunanetra yang suka dunia tulis-menulis

Kisah yang Terukir

Diperbarui: 3 Agustus 2020   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak perlu kau pinta mutiara. Jika kilaunya tak sebening embun. Tak perlu kau ceritakan rasa. Jika kau masih tak rela memberi ampun.

Kupu-kupu yang terbang. Mengejar di belakangnya belalang. Sedikit saja amarahmu terbuang. Pasti rasa dalam sekejap hilang.

Mungkin kini harus sabar ku tunggu. Sampai emosimu jadi debu. Apakah tanda sudah berlalu. Atau justru makin menggebu.

Sudahlah. Bicara tentang rasa ternyata tak mudah. Lebih baik ku pikirkan hijaunya sawah. Sambil duduk melepas istirah.

Atau baiknya ku tuliskan saja. Biarlah ini jadi cerita. Agar tak lekang dimakan usia. Jika amarah tak kunjung reda.

Setidaknya ada yang tahu. Jika ini sudah berakhir. Kau coba telusuri masa lalu. Dan di sini kenangan kita terukir.

3 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline