Lihat ke Halaman Asli

Permainan Tradisional, Mau Dibawa ke Mana?

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin kita masih ingat permainan ini?  Permainan yang sangat pupolar saat kita kecil, namun apakah kita masih banyak anak-anak di sekitar kita yang memainkannya? Ini adalah beberapa contoh permainan Indonesia yang hanya sebagian kecil yang kita kenal, lebih dari itu dari Sabang sampai Merauke terdapat berbagai permainan tradisional yang mempunyai makna masing-masing yang berasosiasi dengan kehidupan manusia termasuk pengembangan diri. Kita memang harus jujur bahwa saat ini Indonesia mengalami "penjajahan" dengan permainan elektronik yang lebih canggih.

Anak-anak Indonesia saat ini lebih senang bermain Playstation dan sejenisnya, diracuni Ponsel canggih dengan berbagai fitur permainannya, belum lagi gadget yang gesek dan gesek. Kami bukan mau melarang adanya alat-alat canggih ini, tapi perlu adanya suatu kontrol dari kita semua mulai dari orang tua, kakak, maupun pemuda Indonesia untuk membatasi kecanduan ini dan mengarahkan bermain dan berinteraksi dengan teman dan lingkungan sekelilingnya. Menurut kami, permainan tradisional itu mengajarkan tentang pengenalan diri (kepemimpinan, kerjasama, perjuangan), mengenal alam, dan Tuhan Yang Maha Esa.

Hal ini bisa dilihat dalam permainan Gobak Sodor, disana kita akan belajar strategy, siapa yang memimpin di bagian depan, tengah dan belakang serta kerjasama yang kokoh untuk menjadi pemenang. Berdasarkan penelitian oleh Bapak Zaenal Alif (Peneliti Kebudayaan)  dalam permainan rakyat yang mengajarkan ketuhanan bisa dilihat dari "Hompimpa", kalimat Hompimpa Alaium Gambreng yang bermakna "Dari Tuhan kembali ke Tuhan, Mari kita bermain"!

"Bermain Egrang melatih keseimbangan, keberanian, kesederhaan untuk bahagia, menjalin persahabatan. Selain itu permainan ini adalah satu wujud pelesetarian budaya. Namun, saat ini permainan anak saat ini lebih suka bermain dengan permainan yang canggih daripada bermain ini. Mereka lebih senang berada di kamar, lebih individualis. Tidak ada lagi waktu untuk  bersama-sama untuk ke kebun, memotong bambu. Saat ini anak-anak lebih kenal Angry bird, dan Sim City dll." Ungkap Kak Budi (Entrepreneur Muda asal Garut). (21/12/2012)

Lanjut menurut Jihad, peserta The Complete Banker CIMB Niaga, " Game tradisioanl sebaiknya dibawa ke dalam game modern agar adik-adik kita tetap tahu tentang kebudayaan kita, karena  permainan tradisional melatih kebersamaan, kesabaran, sosial interaksi dengan sesama kawan. Dalam jangka panjang akan berdampak buruk pada anak jika telah kecanduan game modern, salah satunya lebih egois dan bahkan bisa lupa membedakan mana dunia nyata dan dunia games.  Hal ini tentunya akan sangat merugikan mereka karena tidak dapat merasakan apa yang dirasakan oleh generasi sebelumnya yang menikmati kebersamaan dalam permainan tradisional."  (21/12/2012)

Lalu, haruskah kita tetap tinggal diam sebagai pemuda negeri yang katanya "Agen Perubahan"?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline