Apa yang pelaku kejahatan pikirkan sampai melakukan itu? Pernahkah kita terpikirkan hal demikian ketika mengetahui berita kriminal. Mungkin sebagian dari kita akan berkata, “ Aku bahkan tak ingin tahu apa yang dipikirkan olehnya”. Namun hal ini adalah pemikiran yang salah ketika para detektif tidak menganalisis pelaku. Mereka yang bertugas menganalisis pelaku disebut profiler. Kim Il-Young merupakan profiler Korea Selatan pertama yang juga menulis novel non-fiksi “Those Who Read the Heart of Evil” bersama Go Na-Moo. Novelnya juga diadaptasi menjadi serial 12 episode di Netflix. Salah satu kutipan dialog favorit saya di film ini
Ada yang bertanya pada orang buta yang berjalan di jalan gelap dengan membawa lentera. “Kau tak bisa melihat, untuk apa membawanya?”. Menurutmu mengapa ia membawanya? Dia ingin orang lain melihat dengan jelas dan tak terjatuh saat berjalan. Dia menerangi jalan untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri.
Through the Darkness menceritakan analis perilaku kriminal bernama Song Ha-young yang diperankan Kim Na-Gil dalam menangani kasus pembunuhan di Korea Selatan. Ia dan timnya mewawancarai para pelaku kejahatan kemudian mengumpulkan data dari hasil wawancara. Dalam serial ini juga mengisahkan serial killer pertama Korea Selatan. 12 episode yang disajikan menjadi padat, namun tidak kehilangan inti dari ceritanya. Ketika menonton, kita akan menemukan 5 kasus kejahatan yang ditangani Ha-Young dalam serial ini.
`11 Mei 1997 dikatakan sebagai kasus pertama dari insiden yang disebabkan oleh si Topi Merah dengan membobol rumah wanita di Dongdaemun-gu,Seoul. Karena berita yang masif, semakin banyak pelaku kejahatan yang menirukan menggunakan topi merah juga sebagai identitasnya. Choi Hwa-Yeon merupakan korban pertama yang menjadi titik balik Ha-young ketika temannya Bang Ki-hoon dijadikan tersangka secara tidak adil atas tuduhan pembunuhan padahal ia tidak bersalah. Tindakan pelaku merupakan tindakan yang aneh bagi pelaku pembunuhan. Karena ia membunuh dan menelanjangi korban.
Kegigihannya untuk menemukan pelaku sebenarnya menjadi semakin kuat ketika ia bertemu dengan si Topi Merah Yang Yong-chul yang sedikit memberikan pandangan pelaku kriminal. si Topi Merah “Cho Kang-Moo” tertangkap secara tidak langsung olehnya ketika ia dibawa ke kantor polisi karena memasuki rumah seorang wanita disiang hari. Kejahatannya menjadi terkuak ketika sidik jarinya yang belum terdaftar cocok dengan sidik jari di rumah Choi.
Lee Soo-Hyun merupakan korban dari kasus pembunuhan di Changeui-Dong. Kasus ini menjadi perhatian karena tidak ada bukti sama sekali terkait pelaku. Polisi menjadi kesulitan mengungkap kasus ini. Tim analis perilaku menganalisis pembunuhan ini dengan bermodalkan analisis saja. Kepolisian menganalisis data dari bekas tahanan yang memiliki ciri ciri mirip dengan yang digambarkan Ha-Young. Kasus ini semakin terang ketika Ha-Young mengunjungi rumah yang dipinggir kota dan dekat dengan TKP. Rumah itu tertata sangat rapi seperti yang dianalisis. Ketika digeledah pun terdapat kulkas yang cocok dengan guratan pada punggung korban.Jari korban ditemukan di selokan di rumah itu, tetapi 2 jarinya belum ditemukan. Setelah ditangkap , Cho Hyun-Gil pelaku kejahatan ini hanya memiliki 3 sidik jari pada pisau yang digunakan sesuai dengan kondisi jari tangannya. Kasus ini menjadi penting karena jarang ada media yang menekankan perhatian khusus pada orang terdekat korban yang merasa kehilangan.
Serial Killer ini menjadi yang paling menarik perhatian. Jumlah korbannya yang banyak dan pelaku yang mengalami perubahan dalam cara membunuh menjadi perhatian khusus. Untuk wawancara dengan kepolisian juga disajikan dalam dokumenter 3 episode di Netflix. Pelaku awalnya hanya beroperasi pada pemukiman kaya tetapi kemudian berubah ketika kepolisian menyebarkan foto bagian belakang pelaku yang terekam CCTV. Kebanyakan korban dibunuh pelaku di apartemennya, menurutnya kamar mandi pelaku adalah batas hidup dan mati. Ia bahka mempelajari anatomi manusia agar aksinya semakin lancar. Korban yang ia bunuh dikubur dan ditandai khusus olehnya. Gu Young-Chun juga mengatakan bahwa ini adalah pekerjaannya. Di film dokumenternya nama asli pelaku adalah Yoo Young-Chul.
Kejahatan Gu Young-Chun menyebabkan seorang maniak ingin bersaing dengannya dalam membunuh para korban. Semua korbannya adalah wanita. Ia awalnya menggunakan pisau kecil kemudian berganti menjadi pisau dapur. Ia bahkan sempat bergannti alat lagi yang lebih berat untuk memukul kepala korbban. Korbannya termasuk sangat banyak bila dihitung dari kasus yang sebelumnya pernah ia lakukan. Nam Ki-Tae tertangkap ketika ia mencoba mencuri di rumah yang berisi anak laki-laki dan ayahnya. Kesempatan ini langsung digunakan Ha-Young untuk berbicara dengan pelaku. Ki-Tae mengaku sensasi yang berbeda ketika melihat korban.
Woo Ho-Sung merupakan pembunuh yang tidak seperti pembunuh. Tampilannya yang ramah mobilnya yang diisi foto ia dan anjingnya menjadikan ia seperti orang pada umumnya. Namun dibalik wajahnya yang normal ia adalah pembunuh yang narsistik. Ia sangat tenang dan percaya diri bahwa polisi tidak bisa membuktikan bahwa ia bersalah setelah menghilangkan bukti pada mobilnya dengan membakarnya. Alibinya juga sangat kuat. Ha-young mengatakan bahwa orang yang berpusat pada diri sendiri tidak punya rasa simpati dan perasaan bersalah. Ia memiliki kontrol diri yang tinggi dan tidak menunjukkan emosi kecuali saat ia membunuh pada korban yang spesifik. Ho-Sung menjadi berubah ketika ia ditanyakan tentang anaknya. Hal ini sesuai dengan apa yang dipikirkan Ha-young, bahwa anaknya adalah target keterikatan tanpa pamrihnya.
Nah, begitulah kira-kira 5 kasus yang ada pada serial ini. Bakalan panjang kalau diceritakan di tulisan ini. Apalagi ditambah 3 episode dokumenternya. Selamat menonton!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H