Kalau kita beranggapan bahwa semua manusia itu sama baiknya maka tidak ada alasan untuk bertahan dengan seseorang. Kalau kita beranggapan bahwa kita bisa bahagia dengan siapa saja asal memiliki materi maka tidak ada alasan kita bersama seseorang.
Kalau kita beranggapan bahwa dengan siapa saja kita bisa mendapatkan cinta yang sama maka sebenarnya pilihan kita banyak. Lalu mengapa kita bertahan dengan pilihan kita ketika di luar kondisinya sama artinya semua materi, cinta, dan kebaikan saat ini juga bisa kita rasakan nanti.
Jika ada yang lebih baik mengapa kita tidak memilih yang lebih dan malah bertahan dengan kondisi saat ini atas nama cinta. Sama halnya dengan melepas seseorang untuk mengujinya apakah ia memang mimilih kita atau tidak.
Ya, jika semua kondisi sama atau ada yang lebih baik apakah ia akan memilih pilihan selain kita. Eksperimen ini bisa kita lakukan saat mencintai seseorang. Beberapa bilang bahwa cinta juga bisa berarti melepaskan agar ia bahagia. Masalahnya karena cinta tidak memiliki nilai maka sebagai pembanding sangat sulit dilakukan.
Misalnya, seorang pasangan yang selalu memberi pada pasangannya disertai kata kata cintanya apakah perasaannya lebih besar dibanding pasangan lain yang tidak bisa memberi pada pasangannya? Mereka yang dapat memberikan berlian, rumah mewah, serta kekayaan bagi pasangan apakah dapat dibandingkan dengan mereka yang nasi saja harus berbagi karena tidak memiliki uang.
Lalu, mengapa ia masih bertahan dengan kondisi itu? Mengapa ia tidak meminta pasangannya untuk meninggalkannya dan mencari yang lebih baik darinya dibanding kesusahan dalam hidup ini? Seandainya tidak ada rasa malu dan kita memaklumi sikapnya untuk mencari pasangan yang lebih layak apa itu akan menjadi hal yang normal?
Seandainya tidak ada kata-kata derajat dari fisik, harta, serta perilaku apakah akan ada orang lain yang mau menerimanya? Ya, hal ini mungkin akan menjadi kebingungan bagi orang yang meninggalkan. Takut tidak mendapat pasangan yang sama atau lebih baik karena ia melihat ke dalam dirinya.
Saya rasa Tuhan telah menciptakan batasan, moral dan amoral. Secara tidak langsung otak kita akan merasakan hal aneh jika kita melakukan hal hal yang amoral. Tentu saja ini tidak berlaku bagi mereka yang menjadikannya kebiasaan. Karena bagaimanapun manusia ingin mendapatkan hal ternyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H