Lihat ke Halaman Asli

Orang Tiongkok

Diperbarui: 9 Juli 2016   05:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang Cina adalah sebutan untuk orang berkulit cerah yang disebut warna kuning oleh sebagian orang atau putih oleh sebagian lainnya, dengan mata sipit (ciri terkenalnya), dan berambut lurus.

Orang Cina ada di mana-mana, ya di negeri mereka sendiri, ya diluar negeri mereka, tersebar ke berbagai penjuru dunia. Mereka juga ada disemua penjuru Negeri Nusantara. 

Di negeri mereka sendiri yang bernama Republik Rakyat Tiongkok, jumlah mereka mencapai 1,38 milyar orang. Di luar negeri mereka, jumlah orang Cina menurut Wikipedia, berjumlah sekitar 50 juta orang yang tersebar di lebih dari 30 negara. Terbanyak adalah di Thailand yang berjumlah 9,4 juta orang, di Malaysia ada 6,9 juta orang, di AS ada 3,8 juta orang, di Indonesia ada 2,8 juta orang, di Singapura ada 2,5 juta orang, dan seterusnya. 

Ya, orang Cina di Indonesia ternyata lebih banyak daripada orang Cina di Singapura. Meski tentu saja secara persentase jumlahnya jauh berbeda. Orang Cina di Singapura adalah mayoritas yang sangat besar (bukan sekedar setengah plus satu), sementara orang Cina di Indonesia adalah minoritas yang kecil sekali.  

Orang Cina di Negeri Nusantara, ada yang sudah beberapa generasi tinggal di sini, ada yang baru dua generasi, dan ada yang baru satu generasi, bahkan ada yang beberapa tahun atau bulan berdomisili. Mereka ada yang jadi petani, tapi memang banyak yang jadi pedagang. Mereka ada yang jadi pegawai negeri sipil, ada yang jadi dokter, ada yang jadi ilmuwan. 

Tak usahlah disebut siapa yang jadi petani, pedagang, pegawai negeri sipil, dokter, ilmuwan, atau lainnya. Yang pasti mereka memasuki semua sendi kehidupan bangsa di Negeri Nusantara. Yang jadi TNI AD ada, yang jadi TNI AU juga ada.  

Sama dengan orang dari etnis lainnya, orang Cina itu ya beragam watak mereka. Ada yang kasar, tetapi ada pula yang lembut. Ada yang pemaaf, tetapi ada juga yang pemarah. Ada yang meyakini Budha, Katolik, Islam, ada yang meyakini lainnya. 

Tidak beda dengan suku bangsa yang lain, orang Cina itu ada yang jadi maling, tetapi juga ada yang jadi kiai. Ada yang jadi penipu, tetapi juga ada yang jadi abdi hukum. Ada koruptor, ada juga pembasmi koruptor. Tak perlulah menyebut nama mereka yang jadi maling, penipu, ataupun koruptor. 

Wis pokoke lengkap deh, mereka ada di mana-mana dengan segala ragam watak mereka, dengan segala sumbangsih mereka. 

Begitu ada Cina yang kasar kata-katanya menjadi kepala daerah (kasarnya sih kepada yang dia marahi, kepada yang berbuat keliru; bukan kepada orang lain), maka banyak orang menjadi tak suka kepadanya. Ketika dunia mayajadi ajang caci maki kepadanya, dia juga menuai pujian ketika dia pulang kampung ke kota asalnya dengan cara sederhana. 

Orang Cina itu berada dalam situasi yang paradoks dan sekaligus ironi. Yah itulah kehidupan. Kita masing-masing punya pilihan dalam menyikapi Orang Cina itu, sesuai derajat keterdidikan kita, pengetahuan kita, akhlak kita, nurani kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline