Lihat ke Halaman Asli

Hendrikus Valentino

pelajar/bermain musik, berolahraga, alam.

Perkembangan Virus Cacar Monyet

Diperbarui: 4 September 2022   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Getty Images/iStockphoto/ZEEDIGN

Pandemi Covid-19 hingga kini tak kunjung usai, namun kita dikejutkan dengan kemunculan virus baru lagi, yaitu virus cacar monyet. Dilansir dari Kompas.com, pada Sabtu (23/07/2022) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan kasus cacar monyet yang menyebar di berbagai belahan dunia sebagai darurat kesehatan global. Hal ini menyusul belasan ribu kasus yang ditemukan di lebih dari 70 negara. Cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. 

Melansir dari healthline.com, virus cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox dari genus orthopoxvirus yang juga merupakan virus yang menyebabkan cacar (smallpox).Ternyata cacar monyet pertama kali menginfeksi manusia pada 1970 yang ditemukan di Republik Demokrasi Kongo. Melansir dari Kompas.com, kasus cacar monyet sekarang ini semakin bertambah luas di beberapa negara di dunia. Kekhawatiran semakin bertambah karena menurut data dari WHO, satu kasus kematian ditemukan karena cacar monyet.

Melansir dari  healthline.com, dibutuhkan waktu lima sampai dua belas hari untuk gejala pertama muncul, dan tujuh sampai empat belas hari terdapat dalam banyak kasus. Gejala awal dari infeksi virus ini, seperti : pusing, demam, nyeri otot, sakit punggung, kelelahan, panas dingin, pembekakan kelenjar getah bening (limfadenopati), lalu setelah demam berkembang satu sampai tiga hari muncul ruam. 

Cacar monyet dapat menyebar melalui kontak langsung zat-zat dari hewan maupun manusia yang terinfeksi, seperti : darah, cairan tubuh, lesi kulit atau mukosa, dan tetesan pernapasan (untuk kontak manusia dengan manusia). 

Zat - zat ini dapat masuk melalui saluran pernapasan, selaput lendir, atau kulit yang rusak.  Melansir dari kompas.com transmisi antar manusia bisa terjadi karena adanya kontak jarak dekat dengan sekresi pernapasan atau luka terbuka dari orang yang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi. Namun menurut CDC, kemungkinan penularan dari orang ke orang sangatlah kecil. 

Jika memang terjadi, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah karena adanya kontak tatap muka dan droplet (percikan) dalam jumlah besar. CDC juga menambahkan bahwa kemungkinan terinfeksi akan semakin besar jika kontak tatap muka tersebut berada di jarak 6 kaki dan berlangsung setidaknya 3 jam dengan orang yang terinfeksi cacar monyet.

Dilansir dari Kompas.com, Menurut data dari WHO, kasus cacar monyet ini semakin bertambah sejak 1 Januari 2022 dan jumlah kasusnya semakin bertambah hingga hari ini. Melansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang merupakan bagian dari Departemen Kesehatan & Layanan Kemanusiaan AS, penyakit cacar monyet ini tidak banyak ditemukan di beberapa negara, termasuk Amerika sendiri. 

Namun, sudah ada kasus yang  ditemukan di Amerika pada tanggal 7 Mei 2022 yang dibawa oleh seseorang yang baru saja bepergian dari Nigeria. Kasus cacar monyet ini semakin berkembang dan data dari WHO menunjukkan bahwa ada lebih dari 3.413 laboratorium di 70 negara di dunia yang melaporkan kemunculan penyakit ini.

Melansir dari kompas.com penyakit cacar monyet mnyebabkan kematian, dari data yang diperoleh oleh WHO, ada satu kasus kematian yang dilaporkan dan kasus tersebut ditemukan di Nigeria. 

Kasus kematian ini merupakan kasus kematian pertama di tahun 2022 yang disebabkan oleh cacar monyet. Melansir dari berita yang dimuat oleh ABC News, kasus kematian ini terjadi pada pasien berusia 40 tahun yang juga memiliki komorbid serta sedang mengonsumsi pengobatan imunosupresan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline