Lihat ke Halaman Asli

Jendry Kremilo

Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma

Saya Dua duanya: “Kutu Buku” dan “ Tukang Ngopi”

Diperbarui: 8 Mei 2022   04:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku lebih suka pemuda yang merokok  dan minum kopi sambil berdiskusi tentang bangsa ini, ketimbang pemuda kutu buku yang sibuk memikirkan dirinya sendiri

                              -Ir.Soekarno-

Sebelum memulai monolog pada sore hari ini, saya masih menyempatkan diri untuk  menyeruput kopi panas ditemani biskuit sari gandum, Oke,kita mulai.Itu adalah kutipan perkataan soekarno tentang bagaimana persepsinya terhadap kaum muda, terutama pada konteks saat itu. Kalimat itu subjektif, bisa diinterpretasikan sebebas mungkin oleh pembaca, tergantung  siapa yang menafsirkan, latar belakang pendidikannya,  dan kerangka teoritis apa yang dipakai untuk menafsirkannya.

“Waduh, saya makin pusing sekarang”. Karena memang kalimat dari presiden pertama RI itu sarat akan makna dan satire. Bahkan kalimat itu dijadikan pelatuk untuk saling menodong antara dua kelompok aliran ilmu pengetahuan modern sekarang ini  yakni “kaum teoritis” dan “kaum praktis”. Analoginya adalah kaum  teoritis sebagai “kutu buku yang memikirkan diri sendiri” dan kaum praktis sebagai “tukang ngopi yang berdiskusi tentang bangsa ini”. Sama seperti saya yang hobinya ngopi di depan kos saat pagi, dan di angkringan saat menjelang subuh.

Sekilas , kaum teoritis merujuk pada orang-orang yang melihat ilmu pengetahuan dengan basis teoritis,bahwasannya teori bak sistem yang akan menjadi kompas yang menentukan kearah mana tindakan itu dilakukan.Sedangkan “kaum praktis”adalah kelompok yang cenderung mengutamakan tindakan dan praksis sebagai dalih untuk menghasilkan sebuah teori.

Lantas jika melihat konteks masyarakat modern saat ini, yang serba cepat, instan dan serba digital, tentu masyarakat akan memilih kaum praktis sebagai acuan untuk bertindak, karena tak banyak pikir,tak banyak bacot, dan tak banyak ngerumpi,hhh.Dan memang seharusnya seperti itu, karena hakikatnya tindakanlah yang mencetuskan perubahan, walaupun tak bisa dipungkiri tindakan kita juga didasari pada sebuah pikiran sistematis yang dikenal sebagai teori.

Kisah pertarungan ideologis kedua kelompok ilmu pengetahuan modern ini,, bak segelas kopi panas di atas tatakan yang siap untuk disajikan, Ketika kopinya diseruput, dan rasanya pas, maka yang dipuji tentu adalah kopinya,sedangkan jika kopinya kurang eneg,sudah pasti yang disalahkan adalah gulanya karena terlalu manislah.

Saya bingung,kenapa selalu kopi yang ada dipikiran, sampai-sampai walau tidak nyambung, selalu saya analogikan. Aneh. 

Dualitas Pemikiran 

Semakin kesini, otak saya semakin mendekati korslet, tapi sabar dulu, kita perlu menengahi konflik ideologis pengetahuan dari kedua kelompok ini, walaupun otak saya juga sudah pusing, tapi tak apa,ini demi menyelesaikan pergumulan intelektual,  bukan untuk menentukan siapa yang paling valid , tetapi tugas saya dan juga pembaca adalah memediasi dualitas pemikiran ini. Bukan sok pintar ya, hhh…

Tanpa disadari manusia pada dasarnya tak pernah lepas dari aktivitas berpikir dan bertindak, hanya saja porsi yang disediakan untuk berpikir dan bertindak terkadang berbeda-beda, tergantung situasi dan konteks apa yang dilakukan.Terkadang ada situasi yang mengharuskan kita untuk berpikir lebih banyak, ketimbang bertindak, demikian pun sebaliknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline