Lihat ke Halaman Asli

Hendriko Handana

Orang biasa, menulis suka-suka

Asrama Tua Menuju Istana Merdeka (6): Doa Orangtua Didengar Semesta

Diperbarui: 23 Agustus 2019   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya bersama Mama dan Papa Tercinta

Bagian 6: Doa Orang Tua Didengar Semesta

~~

Istana Merdeka, 17 Agustus 1987

Seorang pemuda gagah berwibawa berdiri di bawah tenda upacara. Usianya belum genap 30 tahun. Khidmat mengikuti rangkaian upacara. Kali pertama dalam hidupnya mengikuti upacara 17 Agustus di Istana Merdeka. Undangan dari Presiden Soeharto untuk para penerima penghargaan pegawai teladan seluruh Indonesia.

Si pemuda berasal dari daerah yang jauh dari ibukota. Keberangkatannya ke Jakarta meninggalkan keluarga, dengan dua anak masih balita.

"Langkah tegap majuuu... jalan," aba-aba keras dari komandan Paskibraka membuatnya tertegun. Ia melihat barisan rapi diiringi hentakan sepatu anggota Paskibraka. Begitu jelas. Mengagumkan.

"Ya Allah, semoga suatu saat anakku berada di sana, dalam barisan itu," seketika doanya dalam hati.

Pemuda itu..., dia Papa-ku. Aku yakin bahwa kekuatan doanya kala itu dahsyat sekali.

Tahun tersebut, ia terpilih sebagai paramedis teladan mewakili propinsi Sumatera Barat. Di masa Pak Harto, anugerah ini adalah penghargaan bergengsi bagi pegawai negeri.

Papa tamatan sekolah perawat. Sejak lulus sekolah, ia perlahan memulai profesinya sebagai mantri. Mantri, bukan menteri. 😁Profesi itu tetap beliau geluti kala bertugas sebagai pegawai negeri, bahkan sampai pensiun saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline