Bagian 5: Keberhasilan Istimewa
Oleh: Hendriko Handana
Padang, Mei 2003
Telepon umum di pintu masuk Aula Diknas menghentikan langkahku. Kudekati dan kuamati.
"Ah sial..., mesti pakai kartu," sesalku. Aku pikir aku bisa menelepon secara cuma-cuma. Gratisan.
Kurogoh saku celana, sekedar basa-basi. Padahal aku memang tak pernah punya kartu telepon itu.
"Ini... Bapak punya kartu," tiba-tiba sesosok pria tinggi besar berkumis muncul dan menghampiriku. Dia Pak Ak, seorang pegawai Diknas Kota Payakumbuh.
"Telepon Mamamu. Pasti senang hatinya," lanjutnya mencoba membaca jalan pikiranku.
Tebakannya benar. Dari tadi aku memang sedang mencari cara agar aku dapat menelepon ke rumah.
"Assalamualaikum," suara lembut di ujung telepon. Suara Mama.