Ini sebuah ceritera fiksi
Selalu menjadi fiksi penuh lelucon dengan tokoh-tokoh badut yang tak lucu
: pada cita-cita yang berbeda orang-orang itu berkumpul pada panggung yang sama
Benar-benar menjadi lelucon ketika semuanya sama-sama menceriterakan
Sebuah dongeng yang sama, yang berbeda pesannya
Terbalut kain yang terlalu tipis oleh pandangan mata-mata katarak
Mereka sering berpikir sebagai pendongen handal
Dengan atribut bak penjual jamu
Dengan gaya badut mereka memampangkan diri
Seolah (akan) menjadi penghibur
Saputangan yang menyeka air mata yang telah lama menjadi basi
Selalu menjadi tontonan menarik setiap kali pesta rakyat :
Sebuah fragmen badut
Aktor-aktor badut
Pendongeng-pendongeng badut
Leucon yang tak pernah lucu
Karena badut menampilkan kisah perih
Membagikan saputangan kumal yang tak pernah bisa menyeka air mata penonton yang tertipu
Mereka sering begitu
Selalu sama dengan ceritera yang sama
Mungkin mereka telah lupa panggung mereka pernah roboh oleh marahnya penonton
Sial!!
Memang! Karena penonton gerah oleh terik dan rasa haus
Menangis di bawah panggung pentas badut-badut yang tak lucu
Mereka bukan pemalu
Karena mereka sering malu-maluin
Dan berani untuk selalu dipermalukan
Itulah badut-badut yang beriklan hebat : akulah sang penghibur!
Dan inilah penontonnya kini : kami lebih suka menonton konser Rolling Stones.
TAMAT
Sekian kisah fiktifnya
Tak ada kesengajaan untuk kesamaan dalam segala halnya.
Ini hanya sebuah ceritera yang sayang kalau tak diceriterakan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H