Lihat ke Halaman Asli

cacing tanah

pemalas yang suka bermimpi

Cerpen | Madu dan Tahu

Diperbarui: 30 April 2019   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Banyak dari mereka hanya ingin tau, dan tidak ingin membantu. Mereka hanya ingin tau bagaimna cara tertawa bebas tanpa beban, tidak pernah memikirkan hal-hal yang selalu ingin menjatuhkan. Aku sadar, aku termasuk orang yang selalu ingin tersenyum. Tidak pernah ada pikiran untuk bersedih berlarut-larut. Tak ada gunanya.

Dan setelah mereka mendapatkan kebahagian itu, mereka pun pergi dengan semua omong kosong yang mereka buat. Hebat sekali. Membuat semua orang beranggapan kalo aku yang salah, aku yang jahat. Ingin sekali memutar waktu, kembali dimana saat mereka datang. Dan kalo memang itu bisa terjadi, inginku tertawa di depannya dengan suara yang sangat keras. Menertawakan masa depan yang akan dia lakukan pada diri ini.

Tapi kali ini beda. Dia datang tidak ingin mencari kebahagian. Bahkan sudut pandangku mengatakan, dia datang ingin membagi kebahagiaan. Sebenarnya dia datang di waktu yang tidak pas. Dia datang saat '. . . . . . . . .' skip aja ya, jangankan menceritakannya, aku pun sudah tak ingin lagi mengingatnya. Bagaikan madu, dia menyembuhkan luka ini, tanpa aku harus merasakan pahitnya obat.

 Apa diri ini sudah terlalu baik untuknya? Apa diri ini siap tentang penilaian teman-temannya tentang diri ini? Apa dia benar-benar menawarkan obat itu atau seperti mereka yang hanya ingin tau? Akupun tidak tahu jawabannya, dan sering ku tanyakan pada diri ini.

Kuharap diri ini tak lagi jatuh di lubang yang sama untuk kesekian kalinya. Dan untuk mereka yang pernah hadir, ku ucapkan terima kasih untuk segala hal omong kosong kalian. Berbahagialah kalian diluar sana, ku harap kalian tak penah memamerkan suatu kejadian, suatu tempat, dan semua hal yang penah kalian lakukan bersama diri ini. Dan untuk dia saat ini, ku harap kau tak seperti mereka, andaikan kau sama seperti mereka, mungkin diri ini memang tak akan pernah bisa merasakan bahagia dengan jangka waktu yang sangat amat panjang sekali.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline