Lihat ke Halaman Asli

Hendri Susilo

Guru SMK Multimedia dan RPL - Freelancer Design

Jingga Senja

Diperbarui: 30 Mei 2016   00:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Hei jingga senja, kenapa kamu tidak bosan-bosan menampakkan kehangatanmu disetiap hari disetiap malam menjelang? apakah itu mengalir begitu saja? dan apakah kamu mendapatkan timbalbalik terhadap apa yang kamu perbuat wahai jingga senja? setarakah semua ini bila tidak adanya kepastian yang pasti?

sungguh sulit mengartikan dan mendefinisikan semua lembut kehangatanmu itu. tak apa bagiku belum bisa mencari kunci jawaban dalam fenomena kecil ini. karena aku yakin terhadap Sang Raja yang maha segalanya, yang menciptakkan segala cerita entah itu berujung bahagia atau sakit perih yang menyayat. Begitu pula dengan aku yang saat ini masih berdiri dengan sebuah nama sebuah cerita. Berdiri dengan kaki yang tertatih, yang terkadang langkah kakiku dipenuhi dengan tancapan-tancapan duri dan kerikil tajam yang tidak bisa mengalokasikan rasa ini, rasa yang tak semestinya aku pendam. Jujur, akupun tak terlalu mahir dan fasih akan persoalan mengenai bahasa rasa. Mungkin itulah salahsatu penyebabnya, akupun tidak tahu. Disaat aku merasakan kerinduan yang mendalam terhadap insan dan tanda tanya, dengan pernyataan semua itu apakah merindu itu adalah suatu kesalahan bagiku? jika iya, apa hal yang tepat untuk menggantikan perihal tersebut. Jika apa yang aku lakukan itu memang sebuah kesalahan yang mutlak, sekarang mari kita tengok dalam subjek yang berbeda. Bila mana ada seseorang lain di sana yang mungkin memiliki rasa sama persis denganku yang merindu akan insan dan tanda tanya, yang rindu itu tertuju kepada insan sama persis pula dengan aku. Apakah orang itu juga akan dinobatkan sebagai suatu kesalahan? wahai senja yang terlampir akan keindahan tiadatara, apakah kamu bisa menjawab persoalanku? please berikan aku solusi untuk aku melangkah setapak demi setapak. Sungguh besar kagumku terhadap tinggi level keikhlasanmu oh wahai jingga senja, begitu besar pengorbananmu untuk semesta ini, yang mungkin semua itu penuh akan rahasia tak pasti. Biarlah rinduku ini berjalan perlahan seperti jingga senja yang tak ada habisnya, menjadikan kekuatan do'a bagiku untuk berdiri dan melangkah menghampiri kamu, hingga dapat finis nomor satu di hatimu, disuatu hari nanti duhai tanda tanya besarku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline