Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan musnah. (Milan Kundera)
Bercermin dari kata bijak di atas, Penerbit Buku Kompas dan Toyota Motor Manufacturing Indonesia meluncurkan buku yang berjudul "Perubahan Tiada Henti: 25 Tahun Perjalanan QCC Toyota Indonesia". Buku hasil keroyokan 15 penulis internal Toyota yang dirangkum dengan sistematis oleh Joice Tauris Santi ini bercerita tentang best practice Toyota dalam mempertahankan budaya Kaizen dengan menerapkan prinsip QCC (Quality Control Circle) di lingkungan masing-masing. Penerapan prinsip inilah yang membuat Toyota cerdas dalam mengelola sumber daya yang ada, memaksimalkan potensi perbaikan dari tiap member yang ada, mengusahakan kualitas yang prima, yang ujungnya menciptakan kepuasan bagi pelanggan mereka.
Kaizen merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang bermakna perbaikan berkesinambungan. Filosofi kaizen berpandangan bahwa hidup kita hendaknya fokus pada upaya perbaikan terus-menerus. Kaizen bisa diterapkan dalam semua aspek hidup kita, baik personal maupun pekerjaan. Pada penerapannya dalam perusahaan, kaizen mengatakan perbaikan berkesinambungan harus melibatkan seluruh pekerjanya, dari manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah. Sasaran akhir dari Kaizen adalah kualitas. Dalam konteks inilah, Toyota menciptakan prinsip QCC supaya semua output yang dihasilkan memenuhi standar mutu atau kualitas.
Semangat perbaikan terus menerus bisa dilakukan siapa saja dari level manapun. Justru biasanya ide-ide perbaikan muncul dari orang-orang pelaksana, yang notebene bersinggungan langsung dengan operasional. Salah satu contoh yang dilontarkan saat diskusi adalah bagaimana Toyota mampu menghemat 12juta perbulan hanya dengan memperhatikan perilaku para pengguna toilet wanita dalam melakukan flush. Ide awalnya dari mana? Dari bagian cleaning. Ide tersebut kemudian ditampung, dianalisa, sampai dibuatlah cara untuk menyiasati alat flush yang hasilnya menakjubkan.
Jadi tidak diperlukan ide-ide besar. Cukup mulai dari sejumlah hal kecil yang praktis. Karena dari hal kecil yang kalau dilakukan secara serempak, ide-ide kecil tersebut akan bergulir yang ujungnya tercipta bola salju yang besar.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana menggerakkan seluruh member yang ada untuk mau melakukannya? Sederhana.
Pertama, pastikan semua member merasakan manfaat dari apa yang mereka lakukan. Salah satu prinsip untuk menggerakkan orang supaya mau bertindak adalah kita harus mampu menjual dan menjadikan jelas di pikiran mereka apa dampak yang bisa mereka dapatkan kalau mereka melakukan hal yang kita minta Percayalah, apabila hal itu jelas, tanpa diminta pun mereka akan melakukannya.
Kedua, ciptakan sistem apresiasi yang bagus. Ini adalah tugas dari para leader. Mereka harus menciptakan sejumlah sistem reward yang memotivasi member mereka. Penghargaan bisa dalam bentuk barang, plakat, sertifikat, atau sekadar tepuk pundak. Intinya adalah member akan menjadi loyal kalau merasa dan melihat ada dukungan dari pemimpin mereka. Dengan kata lain, jadilah pemimpin yang penuh dengan apresiasi.
Toyota terkenal dengan prinsip manajemen yang dirangkum dalam buku Toyota Ways. Dan Toyota Indonesia mencoba menerjemahkan sejumlah prinsip yang ada menjadi khas Indonesia. Hal ini tidak mudah. Tetapi dengan komitmen yang total dari seluruh manajemen, kita bisa melihat Toyota sebagai leader dalam industri otomotif indonesia. Semuanya saya percaya, karena semua member di sana mau sepakat dan bergandengan tangan dalam mengusahakan kualitas.
* * *