Lihat ke Halaman Asli

Hendri Muhammad

TERVERIFIKASI

Welcome Green !! Email: Hendri.jb74@gmail.com

Meikarta dan Fenomena Kota Hantu di China

Diperbarui: 12 September 2017   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: http://edition.cnn.com

Istilah "Kota Hantu" belakangan ini populer di China dengan begitu banyaknya bangunan-bangunan di proyek pengembangan kawasan komersial dan kawasan hunian yang sama sekali kosong tidak berpenghuni. Contohnya kota baru Tianducheng di Hangzhou yang dibangun mengikuti model Kota Paris lengkap dengan repilika Menara Eiffel, lalu Kangbashi New Area yang meniru Kota Dubai, dan lain-lain.

Satu kasus yang cukup fenomenal adalah bangunan "New South China Mall" yang merupakan kawasan pusat belanja atau mal terbesar di dunia yang dibangun di kota Dongguan. Mall yang dibangun di atas lahan 5 juta kaki persegi dan mampu menampung 2.350 toko ini akhirnya kosong setelah ditinggalkan oleh para pedagang karena sepi pengunjung.

Ternyata pertumbungan ekonomi yang luar biasa di negara itu tidak selalu berdampak positif terhadap booming penjualan unit-unit propertinya. Banyak juga proyek properti yang gagal. Pada saat ini, total proyek gagal yang menghasilkan bangunan-bangunan kosong tidak berpenghuni bahkan telah mencapai 500 proyek.

Fenomena ini mulai melebar dan dikhawatirkan tidak hanya terjadi di China tapi akan terjadi juga di negara-negara lain terutama di kawasan Asia. Investor properti mulai berhati-hati untuk menginvestasikan uang mereka di proyek-proyek properti baru terutama proyek dengan skala besar (luas lahan yang besar) untuk mengembangkan kawasan menjadi sebuah kota baru.

Salah satu contoh proyek yang dikhawatirkan akan gagal adalah pengembangan kota baru Forest City sejak tahun 2016. Proyek ini dikembangkan pada lahan seluas 3.425 Hektar di Iskandar, zona ekonomi khusus Malaysia, yang berdiri di atas empat pulau buatan hasil reklamasi di wilayah Iskandar Malaysia yang berjarak 5 km dari Tuas, Singapura.

Kekhawatiran ini timbul karena lemahnya iklim investasi akibat kondisi bisnis properti di malaysia yang sedang lesu, perubahan kebijakan permerintah China yang masyarakatnya merupakan target pasar Forest City, dan hal penting lain adalah potensi kegagalan manajemen Forest City untuk membuat konsumen untuk pindah dan tinggal disana.

Ada kemungkinan banyak hunian itu hanya akan dijadikan sebagai investasi untuk masa tua. Bisa juga untuk anak-anak mereka sehingga huniannya akan dibiarkan kosong. Hal ini dapat membuat Forest City benar-benar menjadi kota hantu di masa depan.

Kekhawatiran yang sama juga dirasakan beberapa pihak terhadap proyek-proyek pengembangan kawasan lainnya di Asia, termasuk Meikarta.

Mengapa fenomena "Kota Hantu" banyak terjadi di China?

Maraknya fenomena Kota Hantu di China berawal dari ide awal untuk pembangunan kota-kota baru (kota satelit) untuk mengurangi tekanan populasi di kota-kota lama atau kota-kota yang menjadi economic hub seperti Shanghai atau Guangzhou.

Pembangunan kota-kota baru ini didasari pada "asumsi" tentang ledakan permintaan akibat kebijakan Pemerintah China untuk memindahkan sekitar 100 juta masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran (rural area) ke kawasan perkotaan sampai dengan tahun 2020. Kebijakan inilah yang melahirkan asumsi bahwa dalam jangka panjang, penjualan properti akan terus tumbuh hingga keseluruhan space pembangunan akan terisi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline