Lihat ke Halaman Asli

Sepuluh Kesalahan Fatal

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Anda seorang penulis yang produktif? Anda sudah memahami bahasa Indonesia yang baik dan benar? Kalau jawaban kedua pertanyaan tersebut adalah “YA”, pastilah Anda tidak akan mengalami kesulitan untuk menemukan 10 kesalahan pada paragraf di bawah ini.

Pasca gempa, Suka Mundur mengalami rusak parah. Membangun kembali kota adalah tugas maha berat yang hampir mustahil diwujudkan. Dodo, sang walikota terkenal super malas dan korup. Pejabat yang naik daun setelah era multi partai itu sama sekali tak berguna. Ia hanya berdiam diri di bawah atap rumahnya yang anti air itu.

Untunglah, masyarakat bekerja ekstra keras. Baik muslim maupun non muslim bahu-membahu membangun kota mereka. Sekarang, kota seluas 10.000.000.000.000 senti meter persegi itu sudah kembali seperti sedia kala. Bus-bus antar provinsi sudah beroperasi kembali.

Sudahkah Anda menemukan kesalahannya? Jika belum, mari kita cari bersama-sama!

Kesalahan pertama adalah penulisan kata "pasca gempa". Kata "pasca" dan "gempa" haruslah ditulis bersambung tanpa spasi. Penulisanyang tepat adalah pascagempa. Kata “Pasca” harus dituliskan serangkai dengan kata dasar yang mengikutinya. Contoh lainnya adalah pascabayar, pascaproduksi, pascapanen, dan pascasarjana.

Kesalahan lain yang serupa dengan kesalahan pertama, yaitu penulisan: “maha berat”, “super malas”, “multi partai”, “anti air”, “non muslim”, “senti meter”, dan “antar propinsi”. Penulisan yang benar adalah: “mahaberat”, “supermalas”, “multipartai”, “antiair”, “nonmuslim”, "sentimeter”, dan “antarpropinsi”. Semua kata tersebut merupakan kata bentuk terikat yang dituliskan serangkai, tanpa spasi.

Kata bentuk terikat biasanya berasal dari kata asing yang diikuti oleh kata dasar. Misalnya:ko-, adi-, manca-, swa-, nara-, mara-, maha-, pra-, pasca-, tuna-, pro-, anti-, kontra-, non-, multi-, antar-, inter-, intra-, ekstra-, per-, purna-, non-, pan-, sub-, juru-, peri-, super-, supra-, hiper-, tele-, wira-, dan purwa-.

Contoh lain kata bentuk terikat adalah bilangan yang berasal bahasa sansekerta: eka-, dwi-, catur-, panca-, sapta-, dan dasa-. Ada pula bentuk terikat yang berasal dari satuan, antara lain: kilo-, mega-, giga-, tera-, dan senti-.

Kata bentuk terikat kadang-kadang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-), apabila kata yang mengikuti diawali dengan huruf kapital, misalnya: kontra-Soeharto, anti-Israel, pasca-Bom Bali, pra-Lebaran, pro-PBB, non-Indonesia, pan-Afrikanisme.

Tanda hubung juga digunakan apabila kata yang mengikuti merupakan kata yang sudah berimbuhan, misalnya: pro-kemerdekaan, antar-pengemis, anti-kemapanan, dan lain sebagainya.

Baiklah, kita kembali ke soal paragraf. Kita telah temukan 8 kesalahan kesalahan. Selanjutnya adalah kesalahan nomor 9:  penulisan kata “sedia kala”. Seharusnya, ditulis “sediakala”. “Sediakala” adalah kata majemuk khusus yang harus dituliskan serangkai, tanpa spasi. Contoh lainnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Acapkali

Adakalanya

Apabila

Barangkali

Bilamana

Daripada

Dukacita

Kacamata

Kasatmata

Marabahaya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline