Menjadi kehormatan bagi saya diberikan panggung oleh Yayasan Danamon Peduli dan Kompas Gramedia Group, untuk presentasikan The Power Of Digital Marketing di salah satu rangkaian Workshop Literasi Keuangan yang telah berlangsung di 9 kota besar Indonesia selama tahun 2018.
Kota-kota tersebut: Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Palembang, Medan, Palangka Raya, Makassar, dan Denpasar. Saya kebagian presentasi di Denpasar, berlangsung pada Kamis, 20 September 2018 bertempat di Nona Manis Coffee & Eatery, Lippo Mall, Bali. Berikut secara garis besar yang saya sampaikan di acara keren itu:
* Potensi Internet di Indonesia
Sekarang jamannya Internet of Things (IoT). Banyak hal yang berkaitan dengan keseharian hidup kita terbantu dengan adanya internet. Semisal mulai dari cari resep untuk belajar memasak, booking tiket pesawat, cari informasi produk, beli produk online, komunikasi antar benua via WA, Telegram, dll, berbagi file dan gambar, hingga sudah tak tahu judul sinetron terkini. Karena lebih memilih nonton video di Youtube atau pilih nonton di penyedia film.
Bahkan, karena internetlah hal pertama yang kita cari selepas bangun tidur adalah? Handphone! *gerrr para peserta tertawa, pertanda setuju. Bukanlah istri atau suami atau anak yang dicari.
Berdasarkan kegiatan IoT itu, Indonesia yang berpenduduk 262 juta jiwa mempunyai 143,26 juta jiwa yang sudah akses internet. Penetrasinya adalah: 58% di pulau Jawa, 19% Sumatera, 7,9% Kalimantan, 6,7 Sulawesi, 5,6% Bali Nusra, dan sisanya Maluku dan Papua.
Pengguna internet itu sejatinya potensi pasar yang sangat besar! Banyak perusahaan e-commerce Indonesia dan manca negara yang menjadikan Indonesia pasar besar untuk raup keuntungan. Sebutlah Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Traveloka, dan lain sebagainya.
Lantas apa kita diam saja? Atau jadikan aset digital itu begitu-begitu saja? Aset digital adalah properti online yang berpotensi hasilkan uang. Apa saja? Bisa website dan akun-akun media sosial kita.
* Anda Mau Dikenal Sebagai Apa?
Anda mau dikenal sebagai apa?. Hal ini berlaku ketika Anda akan lakukan sales marketing di media sosial. Pertanyaan itu harus ada jawaban jelas ketika sebuah brand akan dilekatkan pada diri Anda.
Apakah mau dikenal sebagai ahli politik? ahli dalil agama? ahli motivasi? spesialis penebar konten hoax? atau spesialis dibidang brand yang Anda bawa?