Di pagi yang tidak benar-benar pagi--bahkan rasa-rasanya hanya beberapa saat setelah waktu yang disebut tengah malam--, si siput tua Joni sudah terburu-buru pergi meninggalkan perkampungan siput bersama istrinya. Sejak seminggu lalu, si siput tua itu merasa tiba-tiba saja sakit kepala. Bahkan menjadi tak tertahankan saat malam tiba, yang membuatnya uring-uringan tak jelas dan melenguh berbicara sendiri. Dia menjadi siput yang pemarah, terutama pada istrinya.
Istrinya yang diam-diam bercerita pada kumbang saat berbelanja di pasar mendapati informasi bahwa itu kemungkinan gejala siput gila yang sering para manusia sebut-sebut, yang akan menjadikan pengidapnya zombie. Margaret, nama istri si siput tua, tak menyangka jika obrolan itu akan menjadi geger di seluruh hutan, tidak hanya di perkampungan siput. Hal itu juga yang membuat si siput Joni marah kepada Margaret.
Ketika mengetahui kalau si siput tua itu terkena siput gila, Bani si kupu-kupu menyarankan agar mereka pergi ke rumah Dr. Richard. Dia yakin kalau burung hantu bisa menyembuhkan penyakitnya karena dia terkenal pintar dan mengetahui segala jenis penyakit.
Tepat pukul 5 pagi, Margaret dan Joni sudah berada di gerbang perkampungan siput. Mereka merasa lega karena tidak terlihat oleh para tetangganya. Selanjutnya mereka akan menelusuri hutan selama sepuluh hari untuk menuju rumah Dr. Richard. Sebenarnya mak belalang mengajukan bantuan pada Margaret dengan menyuruh suaminya yang pengendara gerobak daun mengantarnya. Tetapi Joni menolak. Selain pikun, dia memang keras kepala.
Hari pertama. Margaret dan Joni harus melewati sungai. Sebenarnya ada jembatan yang dapat mereka gunakan untuk menyeberang, akan tetapi karena takut bertemu hewan-hewan lain, apalagi manusia, Joni memutuskan untuk menuju dinding bendungan yang tak jauh dari sana. Walau pun disebut tidak jauh, mereka harus menempuh waktu seharian untuk melewatinya, merayap di dindingnya.
Ketika tiba di tengah dinding bendungan si Joni melihat ke arah jembatan itu. Ada sesuatu yang dia pikirkan, dan tiba-tiba saja dia merasakan sakit kepala yang teramat sangat. Dia mengaduh dan berteriak-teriak. Margaret panik. Margaret melihat ada akar yang muncul di sela kulit pori-pori kulit Joni yang berlendir.
"Kau tidak apa-apa, Jon?"
Dia menatap Margaret saat sakit kepala itu hilang.
"Margaret, tadi aku mengingat momen di mana kita pertama kali bertemu, berpapasan denganmu di jembatan itu ketika menyeberanginya dan jatuh cinta padamu," ungkapnya.
"Apa? Jatuh cinta?" Margaret yang sama-sama sudah pikun tak mengerti apa yang diucapkan suaminya.