Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wiguna

Wirausahawan

Perbincangan Antara Sumbing dan Sindoro

Diperbarui: 16 Desember 2023   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Galeri pribadi

Hari hampir magrib ketika aku tiba di basecamp Gunung Sumbing, sebuah area tempat para pendaki yang bisa dibilang luas dan terbuka. Hanya terlihat dua tenda di sana, tepat di ujung dekat bangunan warung berbahan kayu dan bilik yang sepertinya sedang tutup. Maklum, ini weekday. Tak banyak pendaki yang naik. Bahkan para ranger pun tak terlihat. 

Aku sengaja memilih untuk mendirikan tenda tepat di tengah area. Aku hanya ingin sendirian, melihat langit malam sambil menikmati kopi. Hal itulah yang memang kucari: menyepi. Aku baru saja mengakhiri hubungan dengan kekasihku setelah hampir empat tahun pacaran. Tak ada yang lebih menenangkan selain berkemah sendirian untuk melupakan sejenak kegalauanku. 

Di tengah asyiknya menikmati langit malam Gunung Sumbing, sebuah suara terdengar beberapa kali, seperti suara radio butut. Suara itu mengusikku yang terbaring di atas martas. Aku bangun dan langsung mencari-cari sumber suara.

"Halo ... halo ... halo...."

Jelas sekali bahwa itu suara laki-laki, meski krasak-krusuk lebih dominan terdengar. Suara itu terus memanggil-manggil sebelum akhirnya hilang berganti suara statis mirip televisi analog yang menyala tanpa siaran.

Heran sekaligus agak takut, tetapi aku terus mencari-cari. Kemudian aku mengambil ponsel dan menyalakan fitur senter untuk membantu penglihatan. Hingga akhirnya aku menemukan sebuah Handy Talky berada tak jauh dari tenda bagian belakang. 

"Halo?" Aku menyapa dengan mendekatkan benda itu ke mulut. Akan tetapi tak ada jawaban. "Halo?" Sekali lagi aku menyapa dan masih tak ada jawaban. 

Kemudian aku membawanya masuk ke dalam tenda dan melemparkan benda berwarna hitam itu ke sudut tenda. Mungkin ada orang iseng, mungkin orang-orang di tenda dekat warung itu sedang mengerjai, pikirku. Aku mengabaikannya dan segera memasak air panas untuk membuat secangkir kopi. 

"Halo? Apa ada orang di sana?"

Di tengah-tengah menunggu air mendidih, suara itu terdengar lagi dan kali ini lebih jelas. Aku berbalik, penasaran. Kuambil lagi benda itu di sudut kiri. Sempat ragu saat akan menekan tombol untuk menjawab. Namun, aku tetap menekannya dan berkata, "Siapa di sana?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline