Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wattimena

TERVERIFIKASI

Penulis

Susah dan Senang Mengajar Seni Musik bagi Anak Tuna Netra dan Tuna Grahita di Panti Asuhan Pelitah Kasih

Diperbarui: 24 Juli 2022   22:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi

Pernakah kalian mendengarkan lagu D'masiv yang berjudul "Jangan Menyerah"?

"Tak ada manusia, yang terlahir sempurna..."

Coba sambil bernyanyi, kalian baca kembali lirik yang tadi. Lagu yang populer di era 2000-an ini, kurang lebih berpesan kepada kita sebagai manusia haruslah selalu bersyukur dengan apa yang ada. Pasrahkan diri kita selalu pada Tuhan. Apapun tantangannya, jalanilah selalu hidup ini karena sesungguhnya hidup adalah anugerah. 

Terlahir seperti apapun kita, kita harus tetap mensyukurinya karena setiap manusia yang lahir ke dunia memiliki keistimewaan masing-masing. 

Setiap kita diciptakan istimewa oleh Sang Pencipta, baik itu talenta dan bakat serta kemampuan sudah diberikan masing-masing kepada kita tergantung dari kita sendiri bagaimana caranya mengembangkan talenta tersebut. Kekurangan maupun kelebihan yang masing-masing kita miliki patutlah selalu kita syukuri karena Tuhan menciptakan kita semua berharga.

Salah satu kisah yang perlu dibagikan mengenai perjuangan hidup adalah kisah tentang anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di Panti Asuhan Pelita Kasih, Negeri Rumah Tiga, Kota Ambon. Bagi saya, cerita tentang mereka patut saya bagikan agar menjadi motivasi bagi para pembaca.

Tepat pada tahun 2021 silam, saya bersama beberapa rekan-rekan mahasiswa melakukan kegiatan pengabdian di Panti Asuhan Pelita Kasih. 

Panti asuhan ini terlihat sederhana, berada tepat dekat dengan Jembatan Merah Putih. Panti ini merupakan sebuah rumah kecil yang digunakan sebagai tempat menampung anak-anak tersebut. Panti ini merupakan rumah milik dari pendiri panti tersebut yakni Opa Simon atau biasanya akrab disapa Opa Mon.

Foto Opa Mon bersama salah sati Tim (Sumber: Dokumen Pribadi)

Opa Mon adalah seorang tunanetra yang telah mengalami kelemahan penglihatan sejak kecil.  Walaupun dalam keterbatasan, Opa Mon mempunyai semangat yang tinggi untuk membantu orang lain. Keterbatasan fisiknya tidak membuatnya menyerah begitu saja. Pada tahun 2004 silam, beliau kemudian mendirikan Panti Asuhan Pelita Kasih. 

Pria 68 tahun tersebut dengan sukarela merawat anak-anak berkebutuhan khusus yang berasal dari berbagai daerah di Maluku.  Anak-anak yang tinggal di sini ada yang tunanetra dan ada juga yang tunagrahita. Dengan penuh kasih sayang, beliau menjaga dan merawat belasan anak-anak yang tinggal di panti asuhan tersebut.

Lewat Program Kreativitas Mahasiswa, kami berlima bergerak hati untuk melakukan kegiatan pengabdian kepada anak-anak yang ada di panti ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline