Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wattimena

TERVERIFIKASI

Alumni Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Pattimura

Sosok Polisi Inspiratif, Dirikan Rumah Singgah untuk Anak Jalanan di Kota Ambon Belajar

Diperbarui: 7 Februari 2022   01:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi

Rumah Singgah Sahabat Melindungi berlokasi di Kelurahan Honipopu, Kecamatan Sirimahu, Kota Ambon, merupakan salah satu tempat belajar dan berkumpul anak-anak jalanan di kota Ambon. Pada bangunan kecil dan sederhana disitu terdapat berbagi anak-anak jalanan dari berbagi latar belakang yang berbeda datang untuk menimbah ilmu pengetahuan.

Rumah singgah ini sendiri didirikan oleh seorang anggota polisi bernama Edwin Ricardo Mangare yang idenya bermula ketika dia bergabung sebagai anggota patroli kemudian menemukan banyak anak-anak jalanan di kota Ambon yang sudah putus sekolah dan bekerja sebagai penjual koran ataupun mereka yang berkeliaran di jalanan dan ketika dibawah ke pos polisi beliau kemudian berfikir untuk bagimana caranya agar anak-anak ini bisa tetap mendapatkan hak mereka untuk tetap belajar dan bisa mempunyai masa depan yang baik maka dari itu beliau mendirikan rumah singgah ini dengan tujuan agar anak-anak jalanan bisa terhindar dari tindakan-tindakan kriminal atau menjadi korban kriminal. Rumah singgah ini dibentuk sekitar bulan Mei tahun 2019 dengan swadaya pribadi milik beliau. 

Awalnya beliau mengontrak sebuah ruangan di Jalan AY. Patty tepatnya di lantai Lima bekas Karoke King kemudian pada 1 Juni 2020 lokasinya di pindahkan pada bangunan yang ditempati sekarang ini. Total anak jalanan yang ada di rumah singgah ini khusus untuk dewasa yang kemudian dibina dan dibantu mencari pekerjaan oleh beliau ada berjumlah 50 orang sedangkan untuk anak-anak yang masih dalam rentang bangku sekolah berjumlah 28 orang dengan rentang umur dari 3-14 tahun. 

Kategori anak-anak inilah yang kemudian diajarkan di rumah singgah setiap hari mulai dari jam 3 sore sampai selesai. Kemudian anak-anak ini juga di bagi atas dua kelas yakni kelas kecil untuk pendidikan anak usia dini dengan rentang umur 3-6 Tahun berjumlah 9 orang dan kelas besar untuk jenjang sekolah dasar umur 7-14 Tahun berjumlah 19 orang. 

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

 5 Untuk anak putus sekolah ada berjumlah 4 orang, belum sekolah 8 orang, SD 10 orang, SMP 5 orang, tidak pernah bersekolah 1 orang. Mata pelajaran yang diajarkan yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Selain diajarkan membaca dan menghitung mereka juga belajar menggambar dan melatih kreatifitas seperti kerajinan tanggan setiap hari sabtu Awalnya Bapak Edwin Mangare sendiri mengajar anak-anak ini akan tetapi pada akhirnya beliau dibantu oleh relawan dari pemuda dan mahasiswa yang ada di kota Ambon. Di saat pandemi seperti ini proses belajar di rumah singgah dilakukan secara daring akan tetapi karena anak-anak jalanan yang di ajarkan kesulitan dalam menerima pelajaran lewat daring maka proses belajar mengajar di rumah singgah ini dilaksanakan secara tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline