Baru-Baru ini media sosial dihebokan dengan sebuah video yang menunjukan beberapa orang wanita sedang membuang sampah di laut, video berdurasi kurang lebih 12 detik tersebut memperlihatkan perlakuan tidak terpuji dari mereka yang dengan sengaja membuang sampah, mereka seakan tak merasa bersalah, ketika ditelesuri kelakuakan tidak terpuji yang merusak lingkungan itu terjadi di pantai panjang Bengkulu.
Sebenarnya persoalan membuang sampah sembarangan salah satunya di laut masih banyak terjadi di berbagi daerah di tanah air, video tersebut hanya menunjukan sebagian kecil perlakuan manusia yang tidak begitu peduli terhadap lingkungan, terutama terhadap laut dan sungai, yang notabenenya merupakan sumber kehidupan dari seluruh mahkluk hidup yang ada di planet Bumi.
Data dari World Economic Forum pada 2016 menyatakan di lautan ada sekitar lebih dari 150 ton sampah plastik dan tiap tahunya sampah plastik mengalir ke laut sebanyak 8 ton, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck ( Universitas Georgia) dkk, menuliskan ada 275 juta metrik ton sampah plastik di 192 negara berpantai.
Dari 275 juta metrik ton sampah, 4,8-12,7 juta metrik ton berakhir di samudera. Untuk negara kita sendiri tiap tahunya menghasilkan 3,22 juta ton sampah plastik, dan sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah plastik tersebut diperkirakan mencemari lautan.
Dampaknya sampah-sampah yang ada di laut akan membunuh mahkluk hidup di laut, Konfersi PBB di new York 2017 menyebutkan limbah plastik di lautan membunuh 1 juta burung laut, 100 ribu mamalia laut, kura-kura laut, dan ikan-ikan yang tak terhitung jumlahnya tiap tahun.
Mari kita melihat kasus lain akibat dari aktivitas manusia yang merusak sungai dan laut, beberapa kasus yakni seperti sungai Ciliwung dan sungai Citarum, kedua sungai ini begitu tercemar oleh berbagi macam limbah mulai dari limbah rumah tangga baik organik maupun anorganik sampai dengan tercemarnya sungai Citarum akbiat limbah industri tekstil yang berasal dari industri tekstil di sekitar sungai tersebut, limbah industri tekstil di buang ke sungai akibatnya, air sungai Citarum menjadi berbau tidak sedap dan berwana. Limba yang di buang tersebut sangat berbahaya karena mengandung bahan berbahaya seperti merkuri dan logam berat.
Bukan hanya kedua sungai di atas akan tetapi ungai-sungai lain yang ada di Indonesia sangat banyak sekali yang sudah tercemar dan kritis, data dari Direktur Forest and Freshwater dari World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia, Irwan Gunawan Menyebutkan sungai di Indonesia yang kondisinya tercemar dan kritis mencapai 82% dari 550 sungai yang tersebar di seluruh Indonesia, dari sekian banyak sungai di Indonesia, ada 82 sungai yang baru di pantau dan dilaporkan secara insetif setiap tahunya, sampai pada Desember 2018, dari 82 sungai yang dipantau itu, 50 sungai kondisinya tetap dan relatif stabil, 18 sungai membaik serta 14 sungai memburuk.
Kemudian Hasil pemantauan kualitas air sungai di penjuru indonesia oleh Ditjen PPKL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutan (KLHK) pada 2015-2018, Yang hasilnya dimuat dalam Publikasi Statistik Indonesia 2019 BPS, Menyebutkan dari 62 Ribu desa/ keluarahan yang dilalui oleh sungai, seperempatnya (25,1%) punya kualitas air buruk. Dengan tingkat pencemaran tertinggi berada di Pulau Jawa.
Dari angka dan data di atas dapat menjelaskan kepada kita bahwa keruskan Laut dan sungai akibat aktivitas manusia di Indonesia sangat memperhatikan, Pencemaran Laut dan sungai yang terjadi bukan hanya karena sampah tapi bisa juga di sebabkan oleh beberapa hal seperti perilaku pabrik-pabrik yang membuang limbah industri sembarangan di sungai, membuang limbah peternakan dan pertanian ke sungai, aktivitas pertambangan, tumpahan minyak dari kapal laut, ada pula pencemaran akibat penggunaan petisida dan deterjen yang tidak ramah lingkungan, serta lain sebagainya. Manusialah yang harus bertangung jawab akibat pencemaran laut dan sungai, karena perilaku yang tak baik inilah laut dan sungai tercemar akibatnya manusia sendirih yang nanti merasakan dampak dari perilaku yang dibuat.
Nature Resources Defense Council, Menegaskan polusi air terjadi ketika zat-zat berbahaya mencemari aliran, sungai, danau, laut atau badan air lainya sehinga menurunkan kualitas dan menjadi beracun bagi manusia dan lingkungan, dampak yang terjadi akibat pencemaran ini seperti akan timbulnya penyakit pada manusia karena mengonsumsi air yang sudah terkontaminasi zat berbahaya dan mengonsumsi ikan yang sudah tercemar dan hal ini akan berakibat sangat buruk terhadap kesehatan.
Kualitas air yang buruk akibat tercemar akan menimbulkan berbagi penyakit seperti tifus, kolera, hepatitis dan berbagi penyakit lainya. Selain itu akan terjadi pula keruskan ekosisitem tentunya, dengan tercemarnya laut dan sungai seluruh ekosisitem akan rusak, karena semua mahkluk hidup membutukan air untuk hidup.