Lihat ke Halaman Asli

Hendra Utama

Dosen dan Praktisi

Soft Skills: Jembatan Kesuksesan di Dunia Manajemen Sumber Daya Manusia

Diperbarui: 3 Desember 2024   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi soft skills.(Dok. Shutterstock)

Soft Skills : Jembatan Kesuksesan di Dunia Manajemen Sumber Daya Manusia
Oleh: Hendra Utama

Pernahkah Anda merasa semua pencapaian akademik yang selama ini diperjuangkan terasa kurang berarti saat sudah memasuki dunia kerja? Saya pernah. Dulu saya mengira bahwa nilai tinggi, penghargaan, dan gelar cumlaude sudah cukup untuk menjadi modal kesuksesan. Nyatanya, kehidupan kerja mengajarkan sesuatu yang jauh lebih kompleks.

Hari pertama saya bekerja adalah campuran antara antusiasme dan kepercayaan diri. Saya pikir, “Dengan latar belakang akademik seperti ini, saya pasti cepat naik jabatan.” Namun, ekspektasi itu segera berbenturan dengan kenyataan.

Di kantor, saya terkejut melihat betapa cairnya interaksi antara kolega. Mereka sering berbicara tentang hal-hal ringan, bercanda, bahkan makan siang bersama. Sementara itu, saya sibuk menenggelamkan diri dalam dokumen dan tugas, merasa yakin bahwa kerja keras saja sudah cukup. Tetapi, di balik kesibukan saya, ada rasa bingung—mengapa saya merasa begitu asing di tengah mereka?

Momen Pencerahan

Satu peristiwa mengubah segalanya. Manajer saya, seorang pria berpengalaman bernama Pak Firman, mengundang saya ke ruangannya. Sambil tersenyum, ia berkata, “Kamu punya potensi besar. Pintar dan teliti. Tapi sayangnya, itu belum cukup. Kamu perlu belajar memahami orang.”

Kata-kata Pak Firman menohok. Itu adalah kenyataan yang sulit saya terima pada awalnya, tetapi kemudian saya menyadari kebenarannya. Saya menyadari bahwa bekerja dalam manajemen sumber daya manusia berarti bekerja dengan hati, bukan hanya otak.

Langkah Perubahan

Saya mulai dari hal kecil. Setiap pagi, saya berusaha menyapa rekan-rekan kerja, bukan hanya dengan formalitas, tetapi dengan niat tulus untuk menjalin hubungan. Saya mulai lebih sering mendengarkan cerita mereka, mencoba memahami perspektif dan tantangan yang mereka hadapi.

Selain itu, saya mengikuti kelas public speaking dan pelatihan komunikasi interpersonal. Saya tidak hanya belajar bagaimana berbicara dengan efektif, tetapi juga bagaimana menjadi pendengar yang baik. Tidak mudah, tentu saja, tetapi hasilnya perlahan mulai terasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline