Lihat ke Halaman Asli

Hendra Sugiantoro

Pena Kuasa Berkarya

Doctor Honoris Causa Rahmah El-Yunusiyyah

Diperbarui: 30 Juni 2021   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rahmah EL-Yunusiyyah di hadapan anak didiknya setiba dari Timur Tengah (1957). Sumber Foto: Rahmah El-Yunusiyyah dalam Arus Sejarah Indonesia (2021, hlm. 217)

Doctor Honoris Causa bukanlah makanan, apalagi sebuah kitab. Awal Juni 1926, Haji Rasul setiba di Medan belumlah mengerti. Berkeliling dan bersua banyak pihak di daerah Sumatera Timur, hatinya mendadak berbunga-bunga. Ternyata betapa tinggi gelar kehormatan dari Universitas al-Azhar itu. Senyumnya merekah.

Namun, pulang ke Padang Panjang,--meminjam kalimat Buya Hamka--kegembiraan hatinya redup di dalam runtuhan batu-batu. Gempa 28 Juni 1926 melantakkan rumahnya di Gatangan dan Surau Jembatan Besi.

Rahmah El-Yunusiyyah pun dilanda pilu. Bangunan sekolahnya hanya tinggal puing-puing. "Tak ada harta dunia yang kekal," Haji Rasul menguatkan diri.

Rahmah El-Yunusiyyah tak ingin runtuh bersama gempa. Haji Rasul tentu tak pernah mengira, muridnya akan memperoleh gelar serupa.
Juni 1957, Rahmah El-Yunusiyyah sebagai perempuan pertama di dunia yang mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar.

Wahai, masa yang panjang, 31 tahun! Indonesia mencatatkan kembali anak bangsanya dengan gelar kehormatan dari universitas tertua itu. Perempuan lagi. Tanpa hingar-bingar, dan Indonesia terlupa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline