Lihat ke Halaman Asli

Hendra

Clear thinking equals clear writing

Bedanya Moneyvator dan Motivator

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14289800121340945568

Setiap kali mampir ke Gramedia ketika pulang ke Jakarta , buku-buku seputar motivasi dan pengembangan diri hampir pasti mendominasi bagian pajangan pintu masuk. Saya baru menyadari hal ini setelah tinggal di Sydney. Toko buku seperti Kinokurniya, Dymocks, barnes & noble lebih suka memajang buku fiksi dan non-fiksi terbaru. Buku genre ‘self-help’ jarang dipajang sebagai highlight.

Fenomena ini mengingatkan saya pada era 19880 hingga 90an di Amerika dimana market produk self help berupa buku, seminar dan coaching berada pada puncaknya yang diduga dimotori oleh Tony Robbins. Dari pengamatan di laman facebook teman-teman yang suka sharing kata-kata motivasi dan populernya buku genre ‘self-help di tanah air, mungkin saja Indonesia saat ini masuk pasar basah bagi para Moneyvator.

Moneyvator adalah gabungan dari kata money (uang) dan motivator, seseorang yang berprofesi memberi motivasi, semangat, ‘panduan’ secara komersial dan cenderung mendifinisikan dan membuktikan kesuksesan mereka sendiri lewat kehidupan mewah semata.

Tentu definisi diatas hanya untuk kebutuhan artikel ini. Mereka yang cari uang di industri ‘pengembangan diri’ tidak akan menyebut diri sebagai moneyvator. Mereka menyebut diri sebagai life coach, mindset coach, success coach, action coach dan sebutan keren lainnya untuk kebutuhan marketing.

Mengapa membedakan moneyvator dengan motivator?

Kita semua dalam peran sehari-hari pasti pernah memberi semangat kepada sesama tanpa berpikir imbalan. Sebagai orang tua kita mendorong, membangkitkan semangat anak untuk mencapai potensi mereka karena cinta. Sebagai sobat kita memberi penghiburan dan harapan untuk teman yang baru kena PHK. Kalau beruntung kadang kita jumpai orang sukses yang tidak segan meluangkan waktu untuk kita yang bukan siapa-siapa secara untuk bertukar pikiran dan menjadi ‘mentor’. Singkatnya kita semua adalah ‘motivator’ dalam peran masing-masing.

Untuk tujuan poin-poin dibawah, anggap moneyvator dan motivator sama-sama memiliki kesuksesan materi yang sama.

Latar Belakang

Moneyvator

Golongan ini dibagi menjadi dua. Pertama, mereka yang memiliki sejarah dulu hidup miskin dan sekarang sukes kaya raya punya mobil BMW, tinggal di rumah besar dan simbol kesuksesan duniawi lainnya (rags to rich story). Kedua, mereka yang mendapat sertifikat atau latihan dari luar negeri dan mengklaim bahwa dengan mengikuti metode mereka maka mindset Anda dapat diprogram ulang untuk mencapai kesuksesan.

Golongan pertama menggunakan latar belakang untuk menarik simpati audiens untuk mendengar kisah mereka dan mudah-mudahan bersedia merogoh kocek untuk buku, seminar atau coaching. Sedangkan golongan kedua mengandalkan kualifikasi pelatihan karena tidak memiliki latar belakang dari miskin ke kaya yang berarti.

Motivator

Mirip dengan golongan pertama diatas, mereka juga menjalani kehidupan yang pahit dan akhirnya keluar sebagai orang sukses. Bedanya kalau moneyvator cenderung self-promoter, mereka tidak sengaja menjadi ‘motivator’ karena dicari orang karena kisah hidup mereka yang luar biasa.

Mereka sungkan mengkomersialkan kisah hidup mereka. Alasan utama mereka membuka mulut adalah untuk berbagi. Mereka merasa semua orang baik kaya atau miskin berhak mendengar kisah inspiratif semata-mata agar orang lain tidak lama-lama meratap nasib.

Persentase Penghasilan

Moneyvator

Keberhasilan dalam bisnis, karir atau usaha awal yang dikapitalisasikan sebagai bukti dan daya ikat untuk menambah sumber penghasilan sebagai moneyvator. Seiring berjalannya waktu, penghasilan dari seminar, ceramah, buku, konsultasi dan acara TV berkembang menjadi penghasilan utama.

Bagi yang tidak ada kisah hidup dari miskin ke kaya (golongan kedua) menjadi kaya beneran dengan menceramahi orang lain bagaimana menjadi kaya.

Motivator

Mereka tetap berkutat dan melebarkan sayap kesuksesan pada bidang yang membuahkan kesuksesan awal mereka. Beberapa dari mereka juga menulis buku autobiography, kiat bisnis dan seterusnya. Mereka juga biasa dibayar dalam kapasitas sebagai ahli, nara sumber dan kapasitas profesional lainnya. Tapi bagi mereka itu semua hanya sampingan dan tidak akan menjadi pekerjaan full time.

Audiens

Moneyvator

Mereka menarget audiens yang rata-rata masih lugu, naïf, berharap ada ‘rahasia’ untuk menjadi kaya atau sukses dengan mudah. Mereka juga senang dengan audiens yang mau membayar mahal untuk feel good, merasa high, termotivasi untuk sekedar mendengar mereka.

Dalam menjual seminar atau coaching dengan harga selangit, moneyvator sering menggunakan scared marketing dengan variasi kata-kata berikut: “yang tidak ikut seminar berarti belum siap mental jadi kaya”, “jangan lihat mahalnya tapi pikir investasi untuk masa depan Anda dan keluarga”. Buku-buku mereka juga sering kali hanya batu loncatan untuk produk lanjutan mereka.

Saya pernah membaca buku tipe ini sekilas, kalau tidak salah bunyi iklannya “untuk mengetahui rahasianya lebih lanjut, email ke XXXXX dan saya akan kirim kontennya ke email Anda”. Kenapa tidak membeberkan semua ‘rahasia’nya dibuku? Jawabannya karena mereka mau email kita dalam mailing list mereka dan membombardir kita dengan iklan-iklan.

Motivator

Buku-buku dan seminar sering kali lebih spesifik mengenai bidang yang mereka kuasai. Kalaupun mereka membumbui kisah-kisah pribadi, sering kali hanya sebagai selipan agar audiens tidak bosan, bukan sebagai konten utama untuk menarik simpati. Berbeda dengan Moneyvator cenderung tampil glamour untuk membuktikan pada audiens bahwa mereka sukses kaya raya dan karena itu layak didengar, mereka tidak merasa perlu show off karena masyarakat sudah tahu lewat hasil karya mereka.

Bagi mereka tidak ada rahasia sukses, hanya ada jalan panjang lewat kerja keras, tekad keras dan hanya kita sendiri yang bisa mengubah nasib.

Kita semua mencari inspirasi terlepas dari mana sumbernya. Mencari uang lewat kata-kata juga terserah saja selama halal dan legal. Namun alangkah baiknya kita juga kritis melihat tembus ‘inspirasi dagangan’ yang dibungkus marketing indah untuk memperkaya moneyvator.

Hendra Makgawinata

Sydney, 14 April 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline