Lihat ke Halaman Asli

Matikan Rokokmu! OK?

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Hendra Madjid

Author: Magic-dakwah.blogspot.com

Beberapa hari yang lalu saya membuka-buka video yang diunduh dan disalin istri saya dari temannya.Banyak video-video menarik yang saya liat. Mulai dari video siluet sampai tayangan-tayangan lucu hasil tingkah konyol manusia.

Tapi ada satu video yang tak kalah menariknya. Sebuah video iklan yang menggambarkan seorang pria yang sedang duduk santai di sebuah cafe. Tak lama duduk di situ, dia kemudian mulai menyalakan sebatang rokok putih. Belum sampai ke mulut sang pria, kemudian tubuhnya bergoncang hebat. Dan seolah mulutnya ingin memuntahkan sesuatu. Dan benar, beberapa waktu berselang kelualan setumpuk daging yang mirip dengan paru-paru.Lalu pria tadi mengejar paru-parunya yang lari tunggang-llanggang tidak mau didekat oleh pria tadi.

Dalam kehidupan nyata, tentu kejadiaan ini tidak pernah ada.Dan iklan ini lebih mengarah kepada penggambaran hiperbolis, bahwa paru-paru manusia enggan untuk terus menerus diracuni. Saya pernah menonton video tentang rokok juga di situs jejaring sosial Youtube. Isinya menggambarkan tentang bagaimana tumpukan Tar yang berada di paru-paru manusia.Namun, seolah kenikmatan terhadap rokok benar-benar telah menutup mata para perokok akan bahayanya bagi paru-paru dia.

Sebatang rokok mengandung lebih dari empat ribu zat-zat dan dua ribu diantaranya telah dinyatakan berdampak tidak baik bagi kesehatan kita, diantaranya adalah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang digunakan di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun serangga (DDT), racun anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) yang digunakan di “kamar gas maut” bagi pesalah yang menjalani hukuman mati, serta masih banyak lagi.

Dan zat pada rokok yang paling berbahaya adalah Tar, Nikotin dan Karbon Monoksida. Tar mengandung kurang lebih empat puluh tiga bahan yang menjadi penyebab kanker atau yang disebut dengan karsinogen. Nikotin mempunyai zat dalam rokok yang dapat menyebabkan ketagihan, ini yang menyebabkan para pengguna rokok sulit sekali untuk berhenti merokok. Nikotin merupakan zat pada rokok yang beresiko menyebabkan penyakit jantung, 25 persen dari para pengidap penyakit jantung disebabkan oleh kegiatan merokok.

Beberapa perokok kemudian berdalih, bahwa kebiasaan merokok mereka adalah untuk membuat rileks selama bekerja. Agar lebih konsentrasi biasanya penggunaan rokok juga disertai dengan kopi. Semakin mantaplah pelemahan atas tubuh kita setiap harinya. Padahal, seseorang bisa konsentrasi dan produktivitas kerjanya semakin tinggi jika melakukan pengelolaan makanan, air dan udara di dalam hidupnya.

Saat masih merokok, saya sempat ditegur oleh seorang ibu-ibu untuk mematikan rokok. Saat itu beliau enggan memasuki angkot yang saya tumpangi di daerah Bekasi karena saya masih merokok. Rasanya begitu nikmat setelah sebulan selama Ramadhan tidak merokok. Namun kenikmatan itu akhirnya dinomerduakan untuk menghormati orang lain.

Setelah berhenti merokok, saya baru merasakan betapa tersiksanya berada di lingkungan penuh rokok atau berada di dekat perokok. Rasanya dada saya ingin pecah karena sudah begitu sesak dengan bau yang tidak nyaman. Saat sholat di samping perkokopun rasanya begitu tidak nyaman. Karena bau rokok benar-benar tidak nyaman.

Para perkokok mungkin belum menyadari akan hal ini. Keberadaannya menghisap zat-zat beracuh itu tak hanya membahayakan dirinya. Tapi juga membahayakan orang lain. Herannya, ada ayah yang merokok di dekat bayinya. seolah-olah dia ingin membunuh bayi itu secara perlahan. Padahal, bagi bayi efek rokok sangat tidak mengenakkan. Diantaranya: Masalah dan penyakit pernafasan, mengganggu terhadap perkembangan kecerdasan, jangkitan telinga, Leukeamia, Kanker otak 22%, Cepat lelah dan Sindrom kematian secara mendadak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline