Kini kembali kubuka lembaran baru. Lembaran yang akan mengisahkan tentang sebuah perjalanan.
maaf! kali ini kutak bersamamu, maaf bila kamu sesalkan. Akhirnya aku hanya ingin bilang "kamu telah kujadikan kenangan". Sepahitnya-pahitnya rasa, lebih pahit bila keinginan memaksa bersama.
Lembayung senja tersenyum untukku yang sedang berbaring dipesisir pantai, kala itu, memikirkan kepulangan rindu. Tatkala ombak menerpa seluruh badanku terguyur akan risihan rindu.
Semua itu kelak kembali dan menyatu atau sampai diratapan sendu, kuharap itu hanyalah titipan ragu yang membuatku resah sesaat. Kemudian ternyata segalanya tak kunjung tiba hingga malam menjemput senja jingga.
Biarlah leubaran orang-orang menikmati kenyamanan bersama_pujaannya dan kali ini air mata mungkin cukup bagiku untuk segala kisah yang sudah. Air mata dihari bahagia dari pada bersama namun kenyataannya mendua.
Sering kumerenung, jika kita berduka apakah dunia juga ikut berduka? Kadang kuberfikir dunia sangat bercanda, senang melihat penduduknya berduka, tanpa mengutus barangkali seseorang yang datang menyapa lalu menghapus luka yang tergores bencana ulah manusia gila dan golongan manusia tak berperasaan.
Jika akhirnya lembaran hidupku ini mengharuskan kamu untuk dihilangkan dan dilupakan. Ijinkan aku mengucapkan kata selamat pada kasihmu "untuk korban hati selanjutnya". Ia tak akan pernah mengerti sampai lumpuh membunuh langkahnya.
Daya. Rabu, 12 Mei 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H