Lihat ke Halaman Asli

Hendra Josuf

berdiam di new york city, usa

Gerimis Tiga Hari

Diperbarui: 25 Juni 2024   02:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DokPribadi:Penulis/SalemField/Fredericksburg/Virginia

Petang yang  bersalju  terasa dingin di kulit meski  jacket tebal telah lengket membalut tubuh.Angin kencang tak pernah berhenti  menderu menerpa dinding2 beton Airport JF Kennedy, New York.Ditengah kesuraman kota, hujan gerimis bersalju  melayang berputar diatas jalan beraspal hitam berkilat.Sekali dua kali kulap embun di kaca mobil seraya memperhatikan satu persatu  penumpang pesawat yang keluar dari pintu Kedatangan.Sengaja kuparkir mobil sedikit jauh dari situ supaya tidak diusir oleh security.

Disamping kananku kulihat sang istri lagi tidur pulas.Tangan kirinya masih tergenggam tongkat kesayangannya.Jarak Virginia ke New York City, yang hampir 3 1/2 jam,pasti membuatnya capek.Perlahan kuelus dan  kugenggam tangannya, lalu mendongak ke atas kap mobil sambil mendengar dentuman lemah hujan gerimis.

Buat  kesekian kalinya kucek lagi text Lina, mengabarkan kedatangannya dari Indo pukul 4.30 pm.Setelah itu aku rebahkan badan, memejamkan mata sekedar beristirahat..Perlahan suara gerimis membawaku hanyut, jauh, dan kegelapan mulai menampakkan waujudnya.Aku berusaha tetap sadar namun aku tak kuasa dibuatnya.Dan akhirnya gambar2 kabur menjadi semakin jelas.Mungkinkah aku tertidur.Aku tidak tahu.

Kulihat, aku dan Lina melangkah keluar dari sebuah pintu gereja lalu disambut hembusan angin malam sepoi2.Di sisi kanan gereja kulihat sebuah lapangan rumput luas dan kosong.Dari gereja kami telusuri jalan di bawah penerangan  lampu2 jalan yang berjejer dan berhadap-hadapan..Beberapa rumah telah kami lewati, tapi kami berdua masih  tetap membisu.Keheningan malam hanya di tenggarai oleh gonggongan anjing, sembrutan sinar lampu dari jendela rumah,  dan sayup2 kudengar potongan alunan lagu "Seikat Janji,"

Kebisuan masih merayap terus,tapi tidak membuat kami kaku.Sampai akhirnya Lina memecahkan suasana.

"Apa yang di katakan Pastor tadi rasanya bijak untuk disimak,"

"Maksudmu?" Aku tidak mengerti

"Tentang kasih dan kesetian,"

"Betul, itu wajib dipupuk.Termasuk kita berdua.Aku masih percaya dengan apa yang kamu ucapkan"

Aku berhenti melangkah, lalu menatap Lina tajam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline