Virginia state yang terkenal dengan ke indahan alam, ternyata juga menyimpan banyak sejarah perang saudara di AS.Negara bagian Utara, seperti New York, Philadelpha dan sekitarnya, menginginkan perubahan dari negara sistim feodal menjadi industri lalu menghapuskan perbudakan di AS, mendapat tantangan keras dari negara bagian selatan, termasuk Virginia.
Pertempuran sengit terjadi di kota Fredericksburg dan Spotsilvnia, membuat penduduk panik dan menyelmatkan diri keluat kota.Tercatat 85.000 orang terluka, dan 15.000 orang mati..Di kota Fredericksburg, bisa kita lihat meriam2 kuno,atau monument2 dari 2 abad lalu, terpajang di berbagai lokasi masih dalam keadaan terawat.Disini pula kita temua Universitas Mary Washington,nama yang di ambil dari ibu Jenderal Washington.Kuburan almarhum Jenderal ini terletak sekitar 1 jam dari kota Fredericksburg.
Di akhir bulan Juni lalu, saya, istri, anak perempuan beserta cucu perempuan kami dengan temannya gadis kulit hitam, berkunjung ke sebuah mansion, rumah besar dan luas, tidak jauh letaknya dari kediaman kami, bernama Chatman Manor, artinya Rumah Bengsawan di Chatham.
Rumah besar model Georgea ini di kelilingi bangunan2 kuno yang menjadi saksi bisu kejadiaan menarik dan tragis di masa perang saudara AS.Banyak orang2 penting pernah berdiam disini, diantaranya Jenderal Irvin Mc.Dowel dengan 30.000 temtaranya, memperaiki kehancuran kota Richmond, Fredericksburg, dan rell kereta api Potomac.Kemudian Jenderal George Washington di tahun 1780, dan Jefferson di October 27, 1793.
Bangunannya didirikan oleh William Fitzhurgh 1768-1771, dengan perkebunan luas, menghadap ke arah sungai Rappahannoch, dan di apit oleh berbagai gedung seperti tempat penyimpanan es, susu, kandang kuda, dan kolam ikan.Halaman seluas 1280 ha, di tanami pohon anggrek, pabrik, dan track buat balapan kuda.
Dia juga memperkerjakan 100 budak sebagai pembantu rumah,dan tenaga2 skill, seperti tukang kayu dan pandai besi.Pada tahun 1805, terjadi pemberontakan budak, namun dapat di atasi dan menghukum para pelakunya.
Perang saudara membawa kehancuran penghuni mansion ini, dan kala itu si empunya gedung, James Horace Lacy, bersimpati pada golongan selatan Confederacy, lalu menyeberang kesana meninggalkan anak dan istrinya.
Perang saudara yang berahir di tahun 1865, menyisakan kerusakan besar bangunan ini dan membuatnya terpencil.Ceceran darah di lantai dan pohon2 di sekitar pada gundul karena di pakai sebagai bahan bakar, taman2 yang dulu indah nampak seperti kuburan.
Ketika pemilik Lacy kembali dari perang, dia tidak sanggup lagi mengurus, lalu menjualnya di tahun 1872.Pemilik terahir, John Lee Prat menghibahkan bangunan yang penuh sejarah ini kepada public di tahun 1931.
Di akhir kunjungan wisata kami, saya sempatkan dulu ke WC, dimana suasana hening tanpa seorangpun di ruang itu, membuat saya teringat dengan ucapan anak saya mengatakan suami dari teman Indonesianya yang bersuami orang bule, bekas marine dan bekerja sebagai security di tempat ini, mengaku bahwa dia sering mendengar suara berisik dan bunyi genderang mirip2 kejadian perang saudara.Ini membuat saya bergindik lalu cepat2 menyudahi pee, sialnya restleting celana nyangkut.Buset dah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H