Summer Vacation di pertengahan tahun 2021 ini, kami nikmati di kepulauan Karibia, tepatnya di pesisir pantai Dominican Republic bernama Puntacana Resort selama kurang lebih semingu.Tanah kapur berwarna putih kering dengan tumbuhan belukar sejenis diatasnya dari ujung ke ujung terlihat jelas ketika kami memasuki komplex hotel.Begitu shuttle bus menurunkan penumpang dan kopor2nya di pemberhentian sementara, sebuah kendaraan terbuka, mirip yang di pakai pegolf, mentansfer kami ke main lobby, dimana seorang karyawan wanita telah siap dengan minuman dingin di tangga gedung. kami kemudian d persilahkan antri check in, sementara karyawan lain membuka counter2 baru untuk mempercepat service kedatangan tamu2 hotel.
Kesan pertama saya setelah memperhatikan posture tubuh segenap karyawan, saya menyimpulkan mereka mirip2 dengan saudara2 kita dari Ambon, dan belakangan saya dengar banyak dari mereka keturunan bangsa Haiti yang datang kesini mengadu nasib.Cara kerja mereka yang cekatan, menunjukkkan suatu koordinasi yang bagus, karena tidak satupun karyawan yang nampak bengong atau menganggur.Semua sibuk menghadapi serbuan turis manca negara yang haus hiburan meski masih dalam masa pandemik.Test covid tidak di tanyakan secara detail, si petugas hanya ngukur panas tubuh kami di kening lalu di biarkan nyelonong masuk.Dan setelah semua clear, kami di persilahkan ke kamar masing2 buat istirahat.Kebetulan kamar yang saya dan istri tempati, terletak di lantai bawah, hingga memudahkan kami keluar- masuk.Namun pada blok lain nampak deretan kamar yang pada bagian depannya di sediakan kolam renang, dan di setiap sudut terdengar alunan musik dari speaker yang ujungnya di tanam di sisi jalan, betul2 memanjakan pengunjung.Di ruang tamu kamar kami juga di sediakan bathtube besar yang bersih mengkilap, cuman tidak pernah kami pakai, takut jatuh dan keseleo.Bisa2 buyar dah liburannya.
Kedatangan kami di resort petang itu di mulai dengan makan malam di restaurant Amerika,kemudian di lanjutkan dengan ngobrol di patio dimana dengan bebas pandangan bisa kami layangkan ke arah pantai Atlantic yang permukaannya sekali2 berkilat di sapu sinar rembulan. Angin semilir2 mengelus kulit kami demgan lembut.Malam yang sedikit romantis terasa "merayap" dengan cepat. Tidaklah mengapa, pikir saya, soalnya semua rombongan kami telah berstatus kakek dan nenek.Di saat kami beranjak meninggalkan ruangan, saya masih sempat melirik dan mengaggumi kolam renang besar di mana bagian tengahnya terdapat bar berbentuk bundar.
Keesokan harinya, pagi2 setelah sarapan, kami mulai survey keliling taman, lalu mencebur ke pantai.Arus yang deras membawa tubuh kami sedikit ketengah.Namun tak lama kemudian terseret lagi ketepian.Demikian lah seterusnya sampai waktunya makan siang.Sore nya kami ke pantai lagi berbaring di kursi panjang, sambil memperhatikan acara2 yang mereka tampilkan dan tamu2 hotel di libatkan, seperti :permainan ketangkasan lempar bola, lalu di ikuti dengan tarian merengge, tarian khas orang Hispanic.
Di hari ke 3 masih kami lalui dengan ber-senang2, kalau bukan di pantai, di kolam renang, sambil minum juice atau semacamnya di tepi kolam.Waktu terus berlalu tanpa kami sadari, dan seperti biasa di lanjutkan dengan makan siang atau malam di restaurant yang berbeda.Untuk hari itu kami coba restaurant Itali, lalu balik lagi ke kamar, istirahat buat simpan tenaga hari berikutnya.
Ada acara khusus buat kami di hari ke 4, yaitu mengunjungi pulau Sauna yang letaknya berjauhan dari hotel.Kami harus naik bus ke tempat berlabuhnya sejumlah boat yang akan membawa kami ke kapal persiar yang berlabuh agak jauh dari bibir pantai.Pasti airnya dangkal sampai dia tidak mau merapat, pikir saya.
Dan akhirnya kapal pesiar pun bergerak meninggalkan pantai setelah di jejali turis sekitar 30 orang.Segera setelah di beri pengarahan dan informasi seadanya dari crew, maka acara yang merekasusun mulai di jalankan.Pertama acara pose pengambilan gambar buat turis yang ingin di foto, kedua acara bergerombol lalu prakterk tari2an spanish, yang di selingi dengan gerak tarian sedikit jorok.Dan ketika kapal telah mendekati pesisir pulau Sauna, penumpang di perbolehkan turun/melompat kelaut karena crewnya tahu kedalam air tidak terlalu dalam.Letak pulau Sauna sebenarnya satu rangkaian dari pesisir pantai, jadi bukan pulau yang lepas dari daratan.Saya jadi bingung ketika mereka menyebut pulau, tapi bergandengan dengan pesisir pantai.Ataukah pesisir pantainya yang panjang?Kurang tahu dah.
Tiba disana, kami di suguhi makan siang seadanya, seperti salad , ayam goreng dan mie.Ada juga penjual kelapa muda seharga 2 biji $ 5.00.Sayapun di kejutkan dengan tawaran pijat selama 1 jam $ 50.00.Setelah di tawar mau saja ibu2 itu, dengan $25.00 perjam.Apa jadinya, setelah saya dan seorang teman di pijat sekitar 20 min, mereka berhenti lalu minta ongkos.Sialan luh.
Di pulau Sauna, tidak banyak yang kami lakukan selain mandi2 sebentar lalu berjemur di bawah pohon kelapa.Beberapa kali penduduk lokal datang menawarkan barang souvenir tapi tidak kami ladeni karena harganya mahal.Setelah istirahat secukupnya, para crew mulai berteriak memanggil kami berkumpul lalu di bopong satu persatu ke atas boat yang kemudian melaju kembali ke resort Punta Cana.
Di tengah deruman motor speed boat, dan gemercik air disisinya, dan di sela kabut tipis yang mengambang di permukaan laut terlukis beberapa resort yang pernah saya kunjungi, diantaranya Cancung di Mexico, Nassau di Bahama, dan Punta Cana di Dominican Republic, semuanya menyajikan pantai gersang, dan jarang di tumbuhi pepohonan lebat.Kemudian pemandangan Bali terlintas pula di depan saya, terlihat hutan dan pegunungan yang asri, hawa laut yang sejuk, dan penduduknya yang ramah, membuat saya tersenyum
lebar.Betul Bali masih memiliki ke istimewaan.Bukan karena saya orang Indonesia maka saya memihak Bali, tapi ini kenyataan, meski Bali masih punya ke kurangan, sebut saja, pekerja2 yang sedikit lamban, kebersihan lingkungan,dan kedisiplinan orang2 yang di kategorikan mengganggu privasi pengunjung.