Lihat ke Halaman Asli

Hendra Josuf

berdiam di new york city, usa

Pensiun di Virginia

Diperbarui: 17 Mei 2021   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Di awal tahun 2020, sewaktu  usia saya mendekati 70, saya berencana  menjalani pensiun di tahun berikutnya, yakni  2021.Saya pikir di usia 71 ini udah cukup buat saya bergelut mencari nafkah.Namun hal ini hanya sebatas rencana, jadi belum mantap.

Soalnya dengan bekerja, di samping dapat duit,saya  masih bisa berinteraksi dengan banyak orang dan tak kalah pentingnya saya dapat melatih otot  supaya  tidak kendur.Kerja part time masih  menyisakan   banyak  waktu  istirahat.

Kata pensiun di AS sebenarnya tidak ada, asal kita masih sanggup, tetap di pakai.Kolega  perempuan saya di di WAl-Mart sudah berusia 82 namun masih sanggup berdiri 5 jam di bagian  Sales Promotion.Tapi  jika  kita sendiri mengingininya, pemerintah  akan mengembalikan pajak yang mereka tahan (Sosial Secerity) ditambah uang pensiun dari tempat kita bekerja. Uang SS sebenarnya sudah bisa kita nikmati pada usia 62.

Tapi Covid 19, tanpa kami harap "menyerang" kami sekeluarga sampai-sampai harus berdiam dan "bergulat" di RS berbulan-bulan dan dengan berat hati   merelakan kepergian ibu mertua saya karena wabah ini.

Dan atas kemurahan Tuhan kami masih di beri kesempatan  melanjutkan hidup.Sayangnya tubuh saya sudah berubah, tidak prima lagi, mudah lelah. Oleh karena itu saya ajukan pensiun pada Union di perusahaan.

Kota kediaman kami, Fredericksburg, Virginia, memberikan kebersihan, kesunyian, dan ketenangan membuat saya benar-benar menikmatinya. Kadang2 di tengah suasana damai ini, saya sempatkan jalan santai di pagi  atau sore hari keliling kompleks sambil menikmati  lagu-lagu lawas  Ebiet, Brury Marantika, Franky /Jane, Bob Tutupoly, atau Panbers.

Di tengah kesendirian  dengan  lirik lagu  Ebiet yang bermakna,tidak  sadar   " fragments" di benak saya  perlahan  terbentuk  dan  saya "terseret" lagi    ke masa silam di tanah air.

Dokumentasi Pribadi

Danau kecil  di hadapan saya  berubah bentuk menyajikan pemandangan yang berbeda.Terbayang seorang pegawai  tua sedang menunggu angkot dengan menenteng tas kulit lusuh, lalu  tiba2 sebuah sepeda motor berlalu kencang  dengan tiga anak muda  diatasnya berteriak mengoloknya supaya minggir.Setelah itu nampak seseorang mendorong kereta kecil bertuliskan BURGER di kaca depan  sembari  ber-teriak2 menjajakan dagangannya.

Ada pula gambar seorang pengemudi  mobil Avanza melirik  dari jendela mobil sambil tersenyum lalu menguap di tahan.Mungkin dia sudah kecapaan bermacet ria.Tiba2 lengkingan se ekor burung elang yang melayang rendah di atas danau  meluluh lantakkan  gambar2 di kepala saya.

Terkadang saya amat merindukan moment2 itu, kemacetan, ke ruwetan, ke kerasan di barengi  dengan ke akraban, ke bersamaan, atau pun kesederhanaan, menyajikan sesuatu yang tidak bisa di nilai dengan uang.

Dokumentasi Pribadi

"Panggilan" ini sering  datang dan pergi.Mungkin karena dulu saya juga pernah mengalami hidup macam itu.Tapi dengan uang pensiun diatas Rp.10 juta, mestinya saya bisa meraup ke hidupan yang lebih cocok di negeri sendiri.Apalagi masih punya rumah sendiri.Namun sebaliknya jaminan sosial  dan kesehatan se umur hidup di AS akan hilang dengan sendirinya.Inilah yang membuat saya berpikir dua kali  dan tetap bertahan pensiun di Fredericksburg, Virginia.Kesehatanpun tidak bisa di nilai dengan uang.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline