Lihat ke Halaman Asli

Hendra Fokker

TERVERIFIKASI

Pegiat Sosial

Kemandirian Ekonomi adalah Harapan Generasi Muda Desa

Diperbarui: 10 Juli 2023   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mang Aceng seorang petani gurem, Karawang, Jawa Barat (sumber: dokpri)

Kemandirian ekonomi, dalam hal ini diproyeksikan sebagai agenda besar sebuah bangsa merdeka. Agenda jangka panjang, yang bersumber dari harapan generasi muda di masa datang. Khususnya dalam menghadapi tantangan zaman yang makin berkembang dan serba digital.

Di masa mendatang, semua akan dihadapkan dengan mesin, yang didaulat sebagai sistem multimekanis pengganti kerja manusia. Dalam berbagai bidang, semua sistem mekanis sudah mulai dijalankan dengan pola adaptasi berdasarkan ketepatgunaannya. Tak lain demi mengurangi biaya produksi yang semakin tidak terkendali.

Kiranya hal ini adalah terobosan revolusioner dalam bidang industri yang modern, dengan segala hal terbarukannya. Pun dengan kiprah manusia, yang kelak akan makin sempit mendapatkan ruang kerja. Terlebih pada area kerja mekanis dan terintegrasi bersama sistem digitalisasi.

Ruang kerja yang seharusnya ada dan diperuntukkan secara luas, kini tidak lagi dapat diproyeksikan secara pasti. Kemajuan teknologi kini telah membatasi gerak manusia dengan sistemnya yang statis. Tanpa mampu menghadang laju teknologi yang semakin pesat. Dalam hal ini kiranya dapat kita lihat bagaimana fenomena perkembangan teknologi tersebut telah merambah di setiap desa.

Kerja-kerja manusia pun tergantikan dengan hadirnya mesin produksi yang datang dari luar pemahaman orang desa. Pola kerja secara kolektif, sedikit demi sedikit mulai tampak ditinggalkan. Kemandirian dalam kebersahajaan mulai teralihkan dengan nuansa baru era digitalisasi yang menjanjikan.

Namun tidak untuk semua kalangan, melainkan hanya untuk individu yang paham perubahan. Kiranya demikian sistem kerja era digital telah mereduksi segala aspek interaksi sosial. Khususnya bagi generasi muda, yang teralihfungsikan menjadi pekerja mekanis. Hal ini dapat dikatakan sebagai dampak dari industrialisasi di area desa.

Baik melalui mobilisasi pekerja luar, atau menegasikan kerja-kerja tradisional dalam narasi negatif dan harus ditinggalkan. Ini bukan sekedar melihat seekor kerbau yang tergantikan dengan traktor. Melainkan dengan konsep teknologi modern yang bertujuan dalam upaya eksploitasi sumber alam pada sebuah desa.

Ambil contoh kisah Mang Aceng, yang tidak lagi memerlukan asisten dalam menebang bambu secara kolektif, lantaran sudah ada alat pemotong yang lebih ringkas dan mekanis. Jadi, kegiatan memotong bambu yang biasanya dilakukan oleh sekelompok orang, sudah mulai diprioritaskan untuk kerja individu. Sisanya tinggal menggunakan mesin, yang digerakkan oleh teknisi khusus.

Lantas, bagaimana dengan nasib adik-adik Mang Aceng, dalam upaya pemenuhan kebutuhan ekonominya? Karena perusahaan hanya mempekerjakan Mang Aceng, sebagai kuli angkut bambu secara individu. Inilah kiranya yang menjadi harapan bagi generasi muda di masa yang akan datang. Baik melalui kebijakan yang adaptif, ataupun dengan memberi pendampingan ekonomi berkelanjutan.

Tak lain demi memberi peluang, dalam kemandirian ekonomi yang prospektif bagi kemajuan desanya. Keberpihakan terhadap nasib generasi muda, sudah tentu menjadi narasi menarik yang mampu memikat simpati dari para konstituen kelak. Tak lain karena sifat positifnya, dengan orientasi yang subtansi dalam upaya membangun bangsa di masa datang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline