Walau berbagai lembaga survei menempatkan posisi Anies Baswedan sebagai salah satu kandidat calon Presiden (capres) dengan perolehan suara terendah, namun hal itu masih kalkulatif dan belum berdasar sebagai hasil final.
Hal ini dapat dilihat dari animo publik yang justru memberi respect terhadap Anies Baswedan, dengan berbagai narasi negatif yang berkembang belakangan ini.
Dalam pendekatan psikologi, hal ini dapat dikategorikan sebagai teori to feel in, seperti yang dikemukakan oleh Alfred Adler. Yakni, penerimaan terhadap perasaan orang lain, dan dapat meletakkan diri kita pada tempat orang tersebut. Dimana hal ini dapat terbangun secara sadar, dengan melihat realitas yang tampak nyata dihadapannya.
Berangkat dari bentuk kesadaran diri yang memberi ruang terbuka bagi hadirnya rasa empati terhadap orang lain. Entah dari perlakuan terhadap orang tersebut, yang biasanya menyinggung area personal dengan narasi negatif, atau yang lainnya. Kesadaran publik dalam melihat realitas sosial-politik inilah yang dapat membangun kekuatan besar ketika memberi dukungan secara alamiah.
Inilah yang sebenarnya menjadi karakter bangsa Indonesia, kepedulian terhadap orang lain yang termarjinalkan dalam berbagai status sosial, kerap termanifestasikan dalam wujud dukungan moral.
Secara sistemik, dukungan moral ini dapat juga berkembang menjadi dukungan politis, yang secara terbuka dapat terbangun dari reaksi kesadaran empatinya.
Plesca dalam jurnalnya The Crisis of Communication in Democracy menjelaskan bahwa, kesadaran emosional ini sangat diperlukan untuk membangun diskursus yang rasional dalam demokrasi deliberatif.
Artinya, selama membangun sebuah wacana, rasa empati sangat diperlukan guna membangun komunikasi politik yang efektif. Dimana seakan ada kesamaan persepsi yang telah terbangun.
Ada rasa saling memiliki dan dapat memberi daya dukung secara personal terhadap seorang sosok yang terlihat "terdzolimi". Ini dapat dikatakan peluang yang dapat memberi peluang besar terhadap Anies Baswedan. Apalagi hal tersebut dapat terasosiasi menjadi kelompok-kelompok sosial yang masif berkembang di berbagai elemen masyarakat.
Jadi, bukan berasal dari kelompok yang dibentuk atau terbentuk dengan kepentingan politik tertentu. Melainkan secara bebas dapat terakomodir dengan baik, disertai edukasi politik secara positif. Apalagi ditambah dengan narasi penguatan visi misi bagi masa depan bangsa kelak. Hingga menimbulkan reaksi positif bagi tingkat kepercayaan publik untuk dapat menentukan pilihannya.