Lihat ke Halaman Asli

Hendra Fokker

TERVERIFIKASI

Pegiat Sosial

Tradisi Memanfaatkan Gulma Petani Rawa Pening

Diperbarui: 1 Juli 2022   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri. Seorang petani eceng gondok Rawa Pening

Salah satu ikon pariwisata di Kabupaten Semarang adalah Rawa Pening. Sebuah danau yang terletak di antara titik terendah Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran. 

Destinasi wisata yang tentu sangat menarik dikunjungi, karena letaknya yang strategis. Selain menjadi bagian dari haritage budaya berlatar mitos, Rawa Pening menjadi semakin eksotik tatkala para wisatawan dapat menikmatinya melalui jendela kereta wisata. 

Dimana sebagian lokasinya memang menjadi jalur kereta api wisata yang menjadi ikon kota Ambarawa.

Banyak spot wisata yang tengah dikembangkan di berbagai lokasi di sekitar Rawa Pening ini. Selain untuk mengangkat perekonomian masyarakat, dan khasanah budaya kesejarahan yang sarat dengan berbagai peristiwa di masa lalu. 

Kelestarian Rawa Pening tentu menjadi sangat berarti untuk semua kalangan.

Bagi wisatawan lokal maupun asing, rata-rata mereka lebih tertarik untuk menyelami realitas sosial yang unik pada penduduk sekitar rawa. 

Mayoritas mata pencaharian penduduknya ada dua, yakni nelayan dan petani. Sebuah kesatuan yang menarik untuk diulas dalam berbagai perspektif.

Dikala hari sedang baik, biasanya mereka lebih memilih untuk menangkap ikan. Sedangkan dimana ketika eceng gondok semakin banyak, mereka alih profesi sebagai petani. 

Eceng gondok di Rawa Pening memang dianggap sebagai gulma, yang menjadi gangguan bagi para nelayan ketika menangkap ikan.

Tetapi, masyarakat Rawa Pening justru dapat mengalihfungsikan gulma menjadi karya yang penuh dengan kreatifitas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline