Lihat ke Halaman Asli

Hendra Fokker

TERVERIFIKASI

Pegiat Sosial

Perempuan Pejuang Itu Bernama Dewi Rohimah

Diperbarui: 25 Juli 2021   02:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi Pribadi

Peristiwa Bandung Lautan Api memberikan suatu prestasi untuk mengubah prespektif perjuangan yang didominasi oleh kaum laki-laki menjadi lebih objektif. Perempuan-perempuan di garis depan muncul sebagai wujud emansipasi yang hadir dalam sebuah organisasi kelaskaran bersenjata bernama LASWI.

Laskar Wanita Indonesia atau dikenal dengan LASWI ini dibentuk pada 12 Oktober 1945 di Societeit, Mardi Harjo oleh Sumarsih Subiyati, istri dari Arudji Kartawinata. Karena keberaniannya, mereka lantas dikenal sebagai "Maung Bikang" atau Harimau Wanita oleh para pejuang Republik.

Anggota ini terbentuk dari perempuan-perempuan muda, janda, atau ibu rumah tangga yang ikhlas lahir batin berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Semangat patriotismelah yang menggerakan hati mereka. Salah satu aksi heroik mereka terbukti dengan pengeboman di daerah Cicadas pada 14 Desember 1945.

Banyak yang gugur di medan laga, ya, tentu saja. Banyak yang kehialangan sanak saudaranya, sudah pasti. Apalagi kehilangan suami dan anak-anaknya tercinta, sudah jadi konsekuensi hidup bagi seorang pejuang perempuan.

Perempuan Pejuang Tanpa Tanda Jasa

Perempuan-perempuan pejuang itu telah abadi kisahnya. Ia hadir pada sebuah buku berjudul Seribu Wajah Perempuan Indonesia di Kancah Revolusi 1945, karya Irna H.N. Hadi Soewito. Ribuan pejuang itu tidak dapat ditemukan rekam jejaknya di pencarian internet. Kisah mereka laksana kabut malam yang pekat.

Sebutlah Dewi Rohimah, seorang laskar dari LASWI yang hadir pada kancah pertempuran Bandung Lautan Api. Bersama puluhan rekannya, ia terlibat dalam clash di sekitar perbatasan kota Bandung. Mereka tak gentar dalam menghadapi Belanda yang menginginkan kekuasaannya kembali di Indonesia.

Siasat pengosongan Kota Bandung menjadi alternatif terakhirnya tatkala sudah tidak mampu bertahan dalam gempuran musuh. Bumi hangus harus terus dilaksanakan, penghancuran kota menjadi target utama LASWI bersama pasukan TNI bersama laskar lainnya.

Disela pertempuran dan pengungsian, tak sedikit para perempuan menjadi korban. Terlebih ketika terdapat diantara mereka yang tengah hamil tua. Persalinan seadanya juga seringkali terjadi, walau hanya berbekal kulit bambu runcing untuk memotong ari-ari si bayi.

Dewi sering dipanggil sebagai Willy, karena suka berpenampilan layaknya lelaki. Hal ini dilakukannya agar selalu diterima ketika bertemu dengan pejuang lainnya.  Persoalan bertempur ia jagonya, dan sudah diakui kehebatannya secara langsung oleh para pejuang lainnya.

Membawa Pulang Kepala Prajurit Gurkha

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline