Lihat ke Halaman Asli

Hendra Fahrizal

Certified Filmmaker and Script Writer.

Di Bawah Tempat Kita Duduk Ada Kuburan!

Diperbarui: 12 Oktober 2023   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertanyaan ini belum pernah saya dengar.

Apa itu?

Nanti dulu. Saya mau cerita dulu.

Di Aceh, tempat saya tinggal, nisan-nisan tertua yang  ditemukan tercatat pada abad ke-13 atau tahun 1200-an. Nisan tersebut berbentuk plang-pling, berbentuk mengerucut ke puncak dan bisa ditemukan di perbukitan Lamuri di Krueng Raya, Aceh Besar, sektiar 35 kilometer dari Banda Aceh. Saya sudah beberapa kali kesana untuk riset.

Nisan sejenis itu tidak banyak. Nisan berukir indah itu tentu tergolong mewah pada masanya. Jadi hanya orang-orang tertentu yang dapat memiliki mahakarya pahat itu di pembaringan abadinya. Salah satu makam dengan pahatan terindah adalah milik Sultanah Nahrasiyah, yang oleh Snouck Hurgronje, disebut sebagai makam terindah se-Asia Tenggara.

Nah, kalau disebut, makam di Lamuri adalah yang tertua (ada 170 makam dengan nisan berukir terhampar di area perbukitan tersebut), pertanyaannya, untuk makam-makam masyarakat sebelum itu, makamnya dimana?

Tentu sebelum abad ke-13 sudah ada manusia kan. Di Mendale saja, pernah ditemukan kerangka yang oleh arkeolog disebut berusia 8000 tahun. Nah, bumi, di usianya yang katanya sudah 2 milyar tahun, tentu sudah meriwayatkan banyak perjalanan hidup jutaan (atau mungkin milyaran manusia) pada rentang usia 2 milyar tahun itu hingga abad ke-13. Pada tahun 1.300-1.400, jumlah populasi dunia yang tercatat sudah 300 juta jiwa. Pada tahun itu Islam sudah masuk dan jenazah mulai dikuburkan (mungkin sebelumnya bisa saja dibakar karena kita masih berpengaruh Hindu-Budha), sehingga tentu harus ada letak makamnya.  

Pertanyaan yang tadi saya tunda adalah,  dimana letak makam orang-orang pada masa lampau ini? Kok tidak ada?

Jawabannya, dimana-mana. Hanya saja, mereka yang bukan tokoh ini hanya diberi tanda batu sungai setinggi jengkal tangan. Tanda batu seperti ini mudah hilang. Karena banjir, longsor, tsunami, bergeser atau tak lagi dianggap kuburan, tapi hanya dianggap hanya batu sembarang saja. Sehingga kemudian, banyak pertapakan yang sebenarnya makam, tak lagi dianggap makam karena tak ada jejaknya. Lalu seiring pergeseran masa, kemudian pertapakan itu jadi jalan, rumah, kebun, kantor, lapangan sepakbola atau apapun.

Jadi kalau ada orang seram sama kuburan, ya tentu saja dia harus cek-cek lagi rumahnya, jangan-jangan dulunya ada yang dimakamkan dibawah tempat dudukmu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline