Lihat ke Halaman Asli

Hendra Fahrizal

Certified Filmmaker and Script Writer.

Menulis Skenario Itu Ibarat Lompat Indah

Diperbarui: 11 Oktober 2023   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa waktu lalu, saya dikritik oleh seseorang yang bekerja pada bidang yang sama seperti saya. Saya menerima kritiknya. Tapi kemudian ia berkata, berarti masih lebih baik dirinya yang masih dapat mengkritik saya, sementara saya jarang mengkritik dirinya. Saya bilang, beda, saya menerima kritik untuk membangun tapi saya akan memilah orangnya. Saya tidak serta merta akan menganggap orang yang mengkritik lebih baik dari saya. Karena, kalau melihat bagaimana teman saya ini mengemas program, programnya memang jarang mengundang kritikan. Tapi saya tahu jawabannya kenapa, karena ia (dalam tanda petik) "tidak melakukan apa-apa."

Apa maksudnya arti kalimat bertanda petik itu?

Saya jelaskan pakai analogi saja.

Mengkonsep (termasuk tahapan menulisnya) sebuah tayangan audio-visual itu ibarat seorang atlit lompat indah. Saat bertanding lompat indah itu, akan dinilai, dua diantaranya adalah; teknik manuver/salto-nya saat melompat, kedua, dari besar kecilnya riak/cipratan air saat ia nyebur ke kolam. Makin sedikit air beriak/terciprat saat atlit itu nyebur, semakin dianggap presisi lompatannya, maka semakin tinggi nilainya.

Kalau atlit itu ingin berharap presisi, maka cara terbaik adalah tidak perlu bermanuver. Langsung saja ia melompat dengan kepala dan badan dibuat setegak-tegaknya, maka lompatannya pasti akan presisi dan menghasilkan riak/cipratan air sesedikit mungkin. 

Namun, semakin ia bermanuver/salto, makin sulit teknik manuvernya, makin besar peluang kegagalannya mendapatkan presisi. Tapi walau tahu resikonya, sang atlit tetap akan menciptakan teknik-teknik manuver yang sulit, karena ketika berhasil, hal itu yang akan menghasilkan lompatan indah, menimbulkan decak kagum, atau bahkan menciptakan rekor. 

Sudah paham kan maksud saya?

Nah, itulah arti "tidak melakukan apa-apa" soal teman saya itu. Ibarat atlit yang melompat, ia tidak melakukan manuver. Cari aman. Programnya tidak ada beat, tidak ada dramatisasi, tidak ada warna. Positifnya, ya tidak menimbulkan reaksi negatif penonton. Tapi, overall, tayangannya ya tidak menarik. Saya tidak menilai buruk, bukan karena tayangan baik, tapi karena tidak tahu apa yang mau dinilai. Bagaimana saya harus menilai tayangan yang berisi konten seorang guru sedang menasehati muridnya agar belajar giat, habis mandi menolong ibu membersihkan tempat tidurnya.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline