"Dunia ibarat bangkai, dan yang mengejarnya adalah anjing."
Awalnya, saya mengira, menulis kata-kata bijak pada batu nisan, hanyalah kebiasaan masyarakat peradaban non-muslim, sebagaimana salah satu yang paling terkenal dan pernah saya tulis dalam sebuah blog pribadi dan catatan pada Facebook ini adalah pahatan tulisan dari sebuah makam kuno di Wesminster Abbey, Inggris, tertahun 1100 Masehi, tentang seseorang yang ingin menaklukkan dunia, tapi ia lupa bahwa seharusnya ia memulainya dengan menaklukkan diri sendiri terlebih dahulu. Menaklukkan diri dalam arti merubah sikapnya dan menjadikan diri panutan, lalu ia akan dicontoh oleh keluarga, dihormati banyak orang dan akhirnya baru ia dapat menaklukkan dunia. Sebuah pesan moral yang hakiki.
Tapi, tulisan yang saya kutip diawal tulisan ini, bukanlah milik seorang non-muslim. Tulisan ini terpahat pada sebuah nisan dikawasan Lamreh (sebuah wilayah di daerah Krueng Raya), Aceh Besar, sebagaimana yang kita lihat dalam foto. Si pemilik nisan adalah Malik Alawaddin, bertarikh wafat sekitar abad ke-15. Pada bagian lain pahatan, para epigraf menafsir bahwa orang yang namanya tertera pada nisan adalah sosok penguasa Lamuri (Lamreh) kuno, dimana kala itu Lamuri merupakan sebuah bandar yang maju, yang dimana, bukit-bukit berumput yang selama ini hanya dihuni kambing mencari makan, adalah sebuah peradaban yang penuh aktivitas ekonomi pada masa lampau.
Melihat tulisan yang dipahat itu, kita langsung berpikir bahwa si penulis hendak menjelaskan bahwa dunia adalah antitesa dari akhirat, sehingga pesan moral yang dapat diambil adalah, jangan terlalu mengejar dunia, tapi kejarlah akhirat.
Namun, sepanjang ...
Tulisan lebih lengkap dapat hubungi : hendrafahrizal@yahoo.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H