Lihat ke Halaman Asli

Wayang Papercraf : Media Unik Mengenalkan Budaya Negeri Sendiri pada Anak Usia Dini

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

133697851891525422

Sebenarnya ini hanya sebuah proyek mahasiswa. Namun saya berharap untuk dapat dikembangkan bersama demi melestarikan budaya Indonesia.

Dewasa ini kesadaran akan rasa nasionalisme para pemuda terutama anak-anak di bawah umur di Indonesia sangat memprihatinkan. Norma dan nilai kearifan lokal yang mencerminkan jatidiri bangsa Indonesia sudah mulai terkikis oleh masuknya pengaruh asing yang kian melanda kepribadian bangsa. Menurut jejak pendapat Litbang Kompas mengenai “Bangga menjadi orang Indonesia” pada 14-15 Agustus 2007, Responden yang menyatakan bangga jadi orang Indonesia mencapai 65,9%. Jika dibandingkan dengan jumlah jejak pendapat lima tahun lalu maka tahun 2007 mengalami penurunan 27,6%. Penurunan tersebut memberi arti bahwa telah terjadi peningkatan perasaan tidak bangga menjadi orang Indonesia yang mana itu menandakan kurangnya rasa nasionalisme di Indonesia. Dari data di atas, telah jelas bahwa kepekaan sosial terhadap warisan budaya Indonesia perlu kembali digalakkan terutama pada usia dini agar nantinya rasa nasionalisme dan kecintaan terhadap budaya tanah air dapat terjaga.

Mayoritas anak – anak Indonesia sekarang lebih menyukai karakter yang dibawa oleh film asing masuk ke Indonesia. Tokoh – tokoh superhero asing semisal Superman, Batman, Power Rangers maupun Naruto. Anak – anak menyukai sifat kearifan dan kepahlawanan dari karakter – karakter tersebut. Kisah kepahlawanan tokoh – tokoh tersebut semakin populer dengan banyaknya film hingga merchendise yang menampilkannya sehingga sangat familiar di kalangan anak – anak. Padahal jika ditelusuri, banyak sekali nilai kearifan lokal yang dapat dipetik dari kisah pewayangan, terutama bagi generasi muda yang diterjang krisis moral. Misalnya saja penokohan lima satria pandawa dalam dunia pewayangan ternyata kaya akan nilai keteladanan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh adalah Yudhistira. Sulung dalam pandawa lima ini memiliki karakter bijaksana, jujur, dan teguh pendirian. Sehingga dia senantiasa dijadikan dalam pemimpin perang. Kemudian Bima sebagai sosok pandawa paling kuat yang memiliki sifat semangat, pemberani dan pantang menyerah. Namun ketika berperang, dia memiliki kebesaran hati untuk tidak membunuh musuhnya yang dalam kondisi mengaku kalah. Sementara Arjuna yang memiliki sifat lemah lembut, imannya kuat dan suka menolong anggota pandawa yang lainnya ketika berperang dan dalam kesulitan terpojok oleh musuh.

Banyak faktor penyebab kurangnya apresiasi anak terhadap wayang. Salah satunya adalah kurangnya perhatian media informasi yang memberikan tayangan mengenai wayang dan lebih memberi kesempatan film asing untuk tampil. Belum lagi penayangan wayang sering dipentaskan saat dini hari yang menjadi kurang populernya wayang. Faktor lain adalah masuknya kebudayaan modern dari luar dan tidak adanya wadah khusus untuk memperkenalkan warisan budaya wayang kepada anak usia sekolah dasar bahkan di bangku sekolah. Oleh karena itu, pada jenjang sekolah dasar perlu diberikan pengenalan terhadap budaya wayang, namun dengan media yang interaktif dan menyenangkan bagi anak sehingga anak dapat memahami nilai dan kearifan lokal yang terdapat pada budaya wayang dengan mudah.

1336978589328902082

Dengan menggunakan media papercraft yang sangat menarik dan murah, kami mencoba mencari simpati anak terhadap wayang dengan rangsangan kreativitas. Papercraft yang saat ini sedang tren di kalangan anak – anak merupakan metode paling efektif dan efisien untuk mempopulerkan wayang. Papercraft nantinya dapat dimodofikasi sehingga memberi nilai lebih dari model wayang pada papercraft tersebut. Anak – anak menjadi bisa mengenal wayang lebih dekat dan tertarik terhadap wayang.

Tujuan menggunakan media papercraft yang saat ini menjadi tren di kalangan anak – anak hingga remaja, maka usaha untuk mempopulerkan seni wayang  pada siswa sekolah dasar akan semakin mudah. Motivasi belajar siswa akan semakin tinggi dengan penalaran motorik sederhana melalui WPC ini karena WPC juga mengasah daya kreasi siswa melalui cara yang edukatif dan menyenangkan. Dengan mengenal tokoh wayang terlebih dahulu, maka untuk tahap selanjutnya yaitu pemahaman mengenai nilai dan moral dari watak pewayangan itu sendiri dapat semakin mudah dilakukan.

lengkapnya klik disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline