Lihat ke Halaman Asli

Khusus Indonesia, Selain Hari Buruh, Sepertinya Juga Perlu Ada 'Hari Pengusaha'

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

--------------------------------------------------------------------------------

Hari buruh bagi banyak negara lain adalah momen yang baik untuk menyampaikan keluhan. Mereka adalah buruh yang bekerja keras setiap hari mengejar produksi dan omset.

Profesionalisme dan kapabilitas mereka; yang mereka dapat dari pelatihan dan pendidikan yang memerlukan waktu, tenaga, dan biaya untuk mendapatkan sertifikasinya, diperjuangkan agar selaras dan setimpal dengan upah mereka yang didapatkan dari perusahaan.

Perusahaan juga seringkali terlalu fokus dengan profit tanpa membaginya dengan kepedulian terhadap karyawan.

Padahal para pengusaha mendapatkan bantuan, fasilitas dan kemudahan regulasi dari pemerintah; karena pemerintah ingin mereka dapat menyelenggarakan bisnis dengan khusyu dan konsentrasi, supaya negara dapat terbantu dengan produksi barang dan jasa mereka sehingga putaran ekonomi negaranya terbantu.

Pemerintah meringankan pajak, memudahkan syarat administrasi dan birokrasi, menekan bunga pinjaman usaha, membukakan akses dan mengupayakan berbagai biro jodoh bisnis agar para pengusaha bisa bertansaksi bisnis dengan pihak yang seluas mungkin.

Dengan berjalan lancarnya usaha yang dilakukan para pengusaha ini, pemerintah mendapatkan manfaat, dan membantu meringankan beban pemerintah untuk meningkatkan daya saing ekonomi melalui berbagai kelimpahan produksi dan jasa dengan tingkat harga yang sehat.

---

Pengusaha di Indonesia lain.

(Sebelumnya saya defisinikan dulu, bahwa yang dimaksud dengan pengusaha Indonesia di sini adalah para pengusaha yang berdikari, bukan bisnis yang mendapatkan beking otoritas/pejabat negara, atau bisnis kepanjangan tangan para pejabat, atau bisnis kamuflase yang sebetulnya profitnya lari ke dompet para pejabat)

Pengusaha di Indonesia, pada realitanya, dipersulit oleh birokrasi dan aturan; untuk melewati berbagai rintangan berlapis dan berstruktur seret ini, pengusaha harus mengeluarkan biaya untuk melicinkan. Lapisan yang musti dilicinkan banyak, kadang juga panjang, dan adakalanya biayanya habis dijalan sebelum bisnisnya tiba di tujuan. Jumlah biayanya sulit diduga. Kalkulasinya ada di perut mereka, jadi harga yang harus dibayar adalah harga seenak perut mereka. Meski mereka sedang bertugas untuk negara, biaya yang masuk kebanyakan tidak masuk ke negara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline